Jumat, 07 Juni 2013

Budaya Betawi Semakin Langka di Pekan Raya Jakarta


Di JI-Expo Kemayoran, hanya terlihat satu stand kuliner khas Betawi. Jelas pemandangan itu sedikit miris, karena seolah tampak 'terjepit' diantara ratusan stand di PRJ alias Jakarta Fair.

Menggunakan konsep rumah Betawi dengan dinding tripleks bercat kuning, lengkap dengan sepasang ondel-ondel, Yeti Adriati (61) menjajakan berbagai makanan dan minuman khas Betawi di Kampung Betawi.

Berbagai makanan seperti soto tangkar, laksa Betawi, nasi ulam, kerak telor, dan bir pletok, menghiasi stand milik Yeti. Dengan ruangan 3x4 meter, ia dengan penuh senyum menjajakan barang dagangannya.

"Kami di sini bukan semata-mata mencari untung, tapi untuk memerkenalkan budaya juga," kata Yeti kepada wartawan di JI-Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (6/6/13).

Perempuan yang mengaku kakak kandung Wakil Gubernur Jawa Barat Dedy Mizwar, selalu mendapatkan untung ketika berjualan di PRJ. Tahun lalu, per hari Yeti bisa meraup Rp 2 juta.

"Satu hari paling banyak bisa habis 100 porsi," ujarnya.

Yeti menambahkan, ia tidak setuju dengan rencana Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memindahkan PRJ ke Monumen Nasional. Karena, menurutnya akan terjadi kemacetan serta keruwetan dalam pesta rakyat itu.

"Kalau di Kemayoran kan lahannya luas, jadi bisa diatur," ucap Yeti.

Menurut warga Kemayoran, penyelenggaraan Jakarta Fair dari tahun ke tahun cenderung sama. Tidak ada yang menonjolkan kebudayaan Betawi. Ia berharap, event Jakarta Fair bisa mengembangkan budaya Betawi.

"Kami sih ingin budaya lebih dikembangkan," harapnya.

tribunnews.com