Kamis, 03 Maret 2011

Pelacuran di Gang Laler Kemayoran


Prostitusi di kawasan Gang Laler, Kelurahan Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, kian marak. Sejumlah PSK dan juga Waria berdandan menor, mejeng dan berbaur dengan para pedagang di lokasi tersebut.

Hampir tiap malam di lokasi tersebut, penjaja seks nongkrong di warung pinggir jalan sambil mendengarkan musik, menunggu lelaki hidung belang yang ingin membookingnya.

Sebagian besar dari PSK itu ternyata masih berusia belasan tahun dan berasal dari luar daerah. Mereka mengaku terpaksa menjadi pelacur lantaran tekanan ekonomi keluarga. Dan dengan alasan membantu keluarga, para gadis muda itu terpaksa hijrah ke Ibukota dan menjadi pelacur.

"Ya, terpaksalah.. kalau di tanya, siapa yang mau bekerja seperti ini", ungkap seorang PSK yang mengaku bernama Reni, dan berasal dari Surabaya. Untuk tarif sekali kencan, di banderol Rp 200.000, tetapi jumlah itu tidak seluruhnya di terima karena masih dipotong buat mami.

Malam itu, seperti biasa kawasan di Gang Laler tampak ramai dengan pedagang dan pengunjung. Namun, sesaat kemudian tiba-tiba berubah menjadi hiruk-pikuk. Para PSK dan Waria yang tengah mejeng tersebut mendadak kalang kabut dan berusaha kabur saat menyadari kehadiran aparat Satpol PP dan Polisi dari Kecamatan Kemayoran.

Kedatangan sekitar 30 petugas yang di pimpin Camat Kemayoran, Marhayadi didampingi Wakilnya, Yadi Rusmayadi memang tidak merazia. Namun, mengimbau agar lokasi tersebut tidak dijadikan tempat mejeng dan menjajakan diri. "Kami juga minta pedagang agar tidak berdagang di badan jalan dan membunyikan musik keras-keras karena mengganggu kenyaman warga", ujarnya.

Marhayadi mengutakan bahwa hal itu dilakukan atas desakan dari masyarakat yang resah dengan maraknya pelacuran di kawasan tersebut. Terlebih mengingat lokasinya berdekatan dengan pemukiman warga, sehingga sangat mengganggu. "Warga banyak yang telepon dan mengeluhkan praktek mesum tersebut", pungkasnya.

sumber : poskota.co.id