Rencana Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta untuk me- lakukan penertiban pedagang kaki lima (PKL) yang berdagang
di badan jalan dan trotoar di kawasan Pasar Tanah Abang, berubah menjadi ajang
perang kata-kata antara pemimpin Pemprov DKI dengan be- berapa pihak.
Pernyataan bernada menyindir
dan mengecam pun hampir setiap hari terlotar terkait rencana itu. Hal tersebut
di picu setelah Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melontarkan
pernyataan keras dengan mengatakan PKL yang bandel akan di pidanakan dan
dipenjara.
Pria yang akrab di sapa Ahok
itu menilai, PKL bisa saja dipidanakan karena telah melanggar Perda yang ada.
Selain itu Ahok juga menuding adanya pihak-pihak yang membeking PKL disana,
mulai dari pejabat Pemprov hingga preman. Sontak saja per- nyataan itu mendapat
balasan dari beberapa pihak.
Sebenarnya, rencana
relokasi PKL dari pinggir jalan ke Blok G Pasar Tanah Abang, mempunyai tujuan
yang baik, yakni untuk membebaskan jalan-jalan disekitar pasar dari kemacetan.
Berikut pihak-pihak yang
menyerang balik Wakil Gubernur Basuki Tjahaya Purnama atau yang kerap di sapa Ahok, terkait dengan rencana penataan PKL di Pasar Tanah Abang.
1. Asosiasi Pedagang Kaki
Lima Indonesia (APKLI)
Upaya penertiban PKL di Tanah
Abang oleh Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama menuai kecaman dari Asosiasi
Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI). Konflik ini bermula saat Ahok, sapaan
Basuki menyatakan PKL akan di penjarakan karena telah melanggar perda.
"Bila dalam waktu 14
hari Ahok tidak meminta maaf, kita akan ajukan ke MK", tegasnya pada 23
Juli lalu.
Ali menilai pernyataan Wagub
yang akrab di sapa Ahok itu sangat mencederai hati para pedagang kaki lima.
Selain itu tidak pantas seorang pemimpin mengatakan hal seperti itu.
"Pak Ahok harus minta
maaf. Sebab apa yang ia sampaikan telah menyakiti hati serta telah mencederai
harkat martabat kami sebagai pedagang kaki lima. Jika ia berlaku seperti itu,
apa bedanya Ahok dengan penjajah?, ini bukan negeri yang di pimpin oleh preman
yang sok berkuasa, bisa sembarangan main ancam", tegasnya.
Terkait somasi itu, Ahok
membalas jika ancaman seperti itu memang dibutuhkan. "Memang mesti diancam,
ancaman sosialisasi. Saya tidak ancam saja kamu ngelunjak. Saya kasih tahu dulu
ini jadi pas saya ambil tindakan kamu jangan bilang saya nggak ingetin
lho", tegasnya.
2. Wakil Ketua DPRD DKI Abraham Lunggana (Haji Lulung)
Kekisruhan PKL Tanah Abang
kian meluas. Pernyataan Ahok tentang adanya oknum DPRD DKI yang membekingi PKL
Tanah Abang menyulut kemarahan tokoh Tanah Abang yang juga Wakil Ketua DPRD DKI
Abraham Lunggana, atau Haji Lulung.
Lulung menilai pernyataan
Ahok, tentang adanya oknum DPRD DKI yang 'bermain' atau membekingi
PKL Tanah Abang, dianggap sebagai sikap celengean. Lulung pun meminta Ahok
untuk memeriksakan kejiwaan Ahok.
"Ahok itu perlu
di periksa kejiwaannya, Wagub jangan selengean (sembarangan), dia lambang
negara, pejabat, saya sudah bilang ke pak Jokowi tolong Wagub ditegur",
tegasnya, 25 Juli lalu.
"Mereka sadar
melanggar Perda. Saya bilang kita harus sejalan, mereka harus mau ditata,
ditertibkan. Mereka setuju, cuma aspirasi mereka tidak mau di Blok G. Saya ini
orang lama di Tanah Abang, tapi coba tanya, apa pernah Haji Lulung memeras, apa
pernah Haji Lulung masuk penjara ? Kalau mau d isebut preman ya nggak
apa-apa", lanjutnya.
Menanggapi pernyataan itu,
Ahok pun balik menyerang dengan mengatakan sebagai Wakil DPRD Abraham Lunggana
tidak mengerti Perda. Ia bahkan mengatakan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) bisa
mencopot jabatan orang tersebut.
"Sayang sekali, ya.
Saya pikir Jakarta kacau mungkin ada wakil ketua DPRD seperti dia, yang tidak mengerti
perda dan ngajak warganya melanggar perda", kata Ahok di
Balaikota DKI, 26 Juli lalu.
"Kalau terbukti ada
anggota DPRD yang melawan, menghasut rakyat melanggar perda, dia otomatis sudah
gugur sebagai anggota DPRD sebetulnya, lho. Sumpah jabatannya sudah
gugur", lanjutnya.
3. Ormas RAJJAM Ahok
Pernyataan Ahok membalas
kritik Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana, memicu beberapa Ormas di
Jakarta menggelar aksi unjuk rasa di Balaikota DKI Jakarta pada Senin
(29/7) kemarin.
Aksi unjuk rasa dari elemen
masyarakat yang menamakan diri 'Rakyat Jakarta Jahit Mulut (RAJJAM) Ahok'
itu, mendesak Ahok meminta maaf kepada warga Tanah Abang, khususnya tokoh
Betawi Tanah Abang, Haji Lulung, terkait permasalahan PKL Tanah Abang.
Aksi 'RAJJAM Ahok' ini di klaim
di ikuti oleh be- berapa Ormas, di antaranya Forkabi, Pemuda Panca Marga, Forum
Pemuda Betawi, Laskar Merah Putih, Gerak Betawi, Komunitas Betawi Menteng,
Brigade Anak Jakarta, dan lainnya.
Aksi baru bubar setelah
Ahok menelepon secara langsung Lulung dan mengajaknya bertemu untuk
membicarakan masalah penataan PKL di Pasar Tanah Abang. Demonstran dari 'RAJJAM Ahok' menilai hal tersebut menandakan Ahok sudah menyerah.
4. Wakil Ketua DPRD
Triwicaksana (Bang Sani)
Masih seputar kebijakan
Ahok soal penertiban PKL Tanah Abang, Wakil Ketua DPRD DKI Fraksi PKS
Triwicaksana mengkritik kebijakan Ahok soal pengharusan PKL Tanah Abang ber KTP
DKI Jakarta. Menurut pria yang akrab di sapa Sani ini, kebijakan Ahok ini dapat
menimbulkan kecemburuan sosial.
"Pedagang harus ber-KTP
DKI, dulu saat mencalonkan diri Gubernur Jokowi tak ber-KTP DKI", kata
Ketua MPW PKS DKI Jakarta yang juga Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Triwisaksana,
Sabtu (27/7).
Kendati menyambut baik
penertiban PKL, namun politisi asal PKS ini menganggap bahwa kebijakan Gubernur DKI
Jokowi tentang pengharusan ber-KTP DKI bagi pedagang yang berjualan di Blok G Pasar
Tanah Abang dapat me- nimbulkan kecemburuan sosial, bagi para pedagang lain,
dan itu berpotensi konflik.
"Janganlah di batasi.
Siapa saja boleh berdagang, tapi dengan syarat mereka (pedagang) harus mau
di tertibkan", tandasnya.
Pria yang akrab di sapa Sani
itu, memang beberapa kali terlibat 'perang' pernyataan, salah satunya saat DPRD
membentuk Pansus sebagai pengawasan terhadap projek pembangunan Monorail. Ahok menilai hal
demikian hanyalah akal-akalan saja, untuk mencari uang tambahan.
5. Ketua FPI Jakarta, Habib
Salim Alatas (Habib Selon)
Pernyataan Ahok tentang adanya preman yang membekingi PKL Tanah Abang serta akan memenjarakan PKL Tanah Abang juga
mendapat kecaman dari Ketua Front Pembela Islam (FPI) DKI Jakarta, Habib Salim
Alatas.
Salim Alatas yang akrab
di sapa Habib Selon ini pun membantah adanya preman di wilayah Tanah Abang yang
membekingi para PKL. Selain itu dia mendesak Ahok menertibkan PSK terlebih dahulu
sebelum menertibkan PKL Tanah Abang.
Terkait hal itu, Ahok
mengatakan, penertiban pekerja seks komersil dilakukan secara berkesinambungan
bersama penertiban PKL. Menurut dua hal itu beda konteks.
"Mereka (FPI) mencoba membalikkan isu. Prostitusi ya urusan prostitusi, tindakannya beda. Jadi sebelum prostitusi bebas, saya enggak berhak nginjak jalan raya ini ?", ungkap Ahok.
"Mereka (FPI) mencoba membalikkan isu. Prostitusi ya urusan prostitusi, tindakannya beda. Jadi sebelum prostitusi bebas, saya enggak berhak nginjak jalan raya ini ?", ungkap Ahok.
Lantas dirinya balik meminta FPI
untuk tidak menjual agama untuk kepentingan tertentu.
"Enggak usah munafik
lah. Yang namanya jual-jual agama kalau dapat setoran enggak usah munafik,
oknum-oknum semua enggak jelas. Di Jakarta ini enggak usah jualan-jualan begitu
lah", ujar Ahok, di Balai Kota DKI Jakarta, Senin
(29/7).
sumber : metropolitan.inilah.com
sumber : metropolitan.inilah.com