Rabu, 10 Juli 2013

5 Sebab omzet PRJ Kemayoran turun 40 persen


Kegiatan Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang terpusat di JIExpo Kemayoran tahun ini tak begitu meriah. Iklan yang mempromosikan acara tahunan itu baik di televisi dan media cetak sangat minim.

Para pengunjung juga mengakui PRJ JIExpo tahun ini tak semenarik dulu. Bukan cuma pengunjung, pedagangpun mengaku tak dapat meraup untung seperti dulu.

"Ramainya gak kaya dulu susah cari parkir, di dalam padat. Sekarang lebih lengang," kata Tya, warga Kelapa Dua, Depok.

Rupanya kondisi ini sampai ke telinga Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Pria yang akrab disapa Ahok itu mengatakan, informasi yang dia dapat PRJ JIExpo Kemayoran tahun ini mengalami penurunan omzet sampai 40 persen dari tahun-tahun sebelumnya.

Tapi Ahok tak mau ambil pusing. Dia yakin setiap pameran punya kelas dan massa masing-masing.

Menurut analisa pengamat perkotaan dari Trisakti, Yayat Supriyatna, PRJ Kemayoran tahun ini memang tak begitu laris manis. Dia yakin ada beberapa faktor penyebab PRJ Kemayoran tak laku tahun ini.

"Yang namanya pekan raya kan bukan semata-mata dagang. Nah semua juga tahu orientasi PRJ Kemayoran itukan bisnis yang cuma pikirkan nilai ekonomi, cuma kemewahan. Dan sayangnya masyarakat sekarang makin cerdas untuk memilih," kata Yayat.

Berikut lima faktor PRJ Kemayoran tak begitu dilirik warga Jakarta menurut Yayat Supriyatna :

1. Faktor kenaikan BBM dan bertepatan anak masuk sekolah

Kegiatan PRJ Kemayoran selalu digelar di tengah tahun. Tujuannya untuk ikut memeriahkan HUT DKI Jakarta yang jatuh tanggal 22 Juni.

Kebetulan di bulan yang sama, pemerintah baru saja menaikkan harga bahan bakar minyak. Dan pikiran publik, setiap BBM naik pastinya diikuti kenaikan harga lainnya.

Hal itulah yang diduga Yayat jadi alasan utama warga ogak main ke PRJ. "Dari pada uang dihambur-hamburkan buat jalan-jalan, orang lebih berpikir buat makan," katanya.

Selain itu, kegiatan PRJ juga bertepatan dengan musim anak masuk sekolah. Sudah diketahui masa-masa masuk sekolah cukup banyak pengeluaran.

"Mulai dari uang sekolah, kalau negeri lumayan, nah kalau swasta. Kemudian beli baju bukunya," tambahnya.

2. PRJ Kemayoran serba mahal menguras uang rakyat

Bukan informasi baru lagi, barang-barang yang dijual PRJ Kemayoran harganya tak jauh beda dengan di pusat perbelanjaan lainnya. Belum lagi, saat masuk PRJ warga dikenakan biaya masuk atau memakai karcis.

Kondisi-kondisi ini dipastikan jadi salah satu pertimbangan warga ke PRJ. "Di PRJ Kemayoran mulai dari masuk sampai keluar warga diperas dengan harga dan bayar-bayaran yang buat pusing," jelas Yayat.

3. PRJ Kemayoran kini berorientasi bisnis

Sejak dikelola swasta, orientasi dari kegiatan Pekan Raya Jakarta (PRJ) sudah berbeda. Dulu lebih mempromosikan budaya Jakarta, kini yang dipikirkan hanya soal keuntungan.

"Harkat dan marwah asli dari kegiatan itu sudah diambil pengusaha yang cuma pikirin untung rugi," ungkap Yayat.

Kalau acara PRJ terdahulu bagaimana semua kalangan bisa menikmati. Tapi yang terjadi kini, PRJ membebani kantong rakyat dan tak bisa dinikmati semua lapisan masyarakat.

4. Warga melihat Jokowi tak mendukung PRJ Kemayoran

Gubernur DKI Joko Widodo menunjukkan dengan jelas sikap tidak mendukungnya pada acara buatan Murdaya Poo itu. Pria yang akrab disapa Jokowi itu menilai Murdaya Poo telah merusak konsep PRJ yang sebenarnya.

"Warga Jakarta sekarang kan lagi cinta-cintanya sama gubernurnya, dan mereka lihat gubernurnya tidak terlalu mendukung acara itu, dan saya rasa itu cukup mempengaruhi minat mereka," jelas Yayat.

Dalam beberapa kesempatan, Jokowi memang menegaskan kegiatan PRJ Kemayoran cuma menguntungkan pihak swasta dalam hal ini Murdaya Poo dan tim. Saking geramnya, Jokowi berencana memutuskan kerjasama Pemprov DKI dengan JIExpo Kemayoran.

"PRJ kini sudah milik pengusaha, bukan milik rakyat Jakarta lagi, harkat dan marwah sudah diambil pengusaha. Dan model Pak Jokowi, pesta itukan tanpa membebani rakyat, prinsipnya kegiatan itu menjadi ruang bagi rakyat untuk ingat kotanya. Bukan semata-mata dagang," ujar Yayat.

5. Kalah saing dengan PRJ tandingan yang dibuat Jokowi

Saat kegiatan PRJ Kemayoran berlangsung, Gubernur Jokowi juga membuat acara festival budaya dan Malam Muda-mudi di sekitaran Monas dan Jl MH Thamrin. Acara itu dibuat gratis.

Tak disangka-sangka penonton yang hadir di acara-acara itu cukup membeludak. Bisa dikatakan secara keseluruhan acara itu sukses.

Yayat menduga salah satu alasan PRJ Kemayoran tak laku karena berbagai kegiatan murah meriah itu.

"Acara itu dibuat memakai uang rakyat, dan pada kenyataannya rakyat sangat menikmati," jelasnya.

sumber: merdeka.com