Sabtu, 06 April 2013

Geng Preman Vs TNI, Antara Jakarta dan Jogja


Belum genap setahun berlalu, April 2012 Jakarta sempat digegerkan oleh aksi geng motor 'Pita Kuning' yang mengamuk di kawasan Kemayoran dan sekitarnya dan menyebabkan dua orang tewas dan belasan orang lainnya luka-luka.

Aksi geng motor terorganisir ini diduga dilakukan oleh oknum prajurit TNI sebagai reaksi atas terbunuhnya anggota TNI AL, Kelasi Satu Arifin Sirih.

Kelasi Satu Arifin Sirih tewas ditangan geng motor jalanan pada pada 31 Maret 2012 di Kemayoran. Kematian Arifin berawal dari cekcok sopir truk dan sopir minibus yang kebetulan berada di arena balap liar di Kemayoran. Akhirnya peserta dan penonton balap liar memarahi mereka hingga gerombolan itu merubungi si sopir truk.

Saat itulah Arifin datang berboncengan dengan Kelasi Satu Albert Tabra. Mereka mencoba melerai. Tapi kedatangan Arifin yang membawa sangkur menambah panas suasana. Arifin dikeroyok, dan Albert melarikan diri.

Karena merasa kecewa dengan penanganan polisi yang lambat, rekan-rekan dari kelasi Arifin akhirnya mereka membentuk kelompok sendiri untuk menangkap pelaku pengeroyokan rekan mereka hingga tewas.

Lalu pada Sabtu 23 Maret 2013 terjadi penyerangan di Lapas Cebongan, Sleman, Jogjakarta, yang menewaskan 4 orang tahanan kepolisian. Dan baru kemarin kita dengar kalau penyerang lapas cebongan itu adalah oknum anggota Kopassus. 11 Orang yang terlibat dalam penyerangan Lapas Cebongan bergerak dari lokasi latihan di Gunung Lawu.

4 orang tahanan yang tewas itu juga terlibat kasus pembunuhan terhadap anggota Kopassus atas nama Serka Santoso pada hari Selasa (19/3/2013) di Hugos Cafe. Mereka geram melihat rekannya dibunuh anggota geng preman cebongan yang ditahan itu, lalu terjadilah aksi spontanitas untuk balas dendam.

Benang merah dari kedua kasus diatas sama, adanya keinginan untuk balas dendam karena tidak terima rekan satu korps nya di aniaya hingga tewas. Bedanya hanya pada proses eksekusi dan nasib para pelaku pengeroyoknya.

Aksi di Jakarta terlihat kalau para pelaku tidak sabar dan berusaha mencari sendiri kelompok pelaku pengeroyok rekan mereka Kelasi Arifin. Hingga akhirnya sempat terjadi salah sasaran dalam aksi balas dendam itu. Bahkan warga Jakarta sempat dilanda keresahan apabila bermotor pada malam hari di waktu itu.

Pada kasus di lapas Cebongan, pihak penyerang sudah belajar dari pengalaman di Jakarta. Mereka tidak mengobrak abrik wilayah Jogja dengan resiko “salah sasaran” seperti kasus geng "pita kuning" di Jakarta. Dan nasib keempat orang itu lebih buruk dari pada pengeroyok kelasi Arifin, mereka justru dibantai di dalam Lapas.

Dan sepertinya kejadian ini akan membuat trauma dan shock untuk para preman atau siapapun yang melakukan aksi pengeroyokan terhadap anggota TNI. Namun akan jauh lebih baik kalau semuanya lebih mengedepankan proses hukum dan tidak sampai menimbulkan teror bagi masyarakat.

Dan semoga Polri dapat benar-benar menegakkan hukum terkait pelaku kekerasan, seperti premanisme, yang terkesan dibiarkan. Karena kalau terus begini hukum rimba akan terjadi.

http://www.ceritamu.com/cerita/Geng-Preman-Vs-TNI-Antara-Jakarta-dan-Jogja