Rabu, 26 Maret 2014

Dari Kemayoran Menuju Bandara Kelas Dunia



Dalam 40 tahun terakhir, volume penumpang angkutan udara mengalami peningkatan hingga sepuluh kali lipat. Bahkan, dalam periode yang sama, peningkatan volume angkutan barang lewat udara mencapai empat belas kali lipat. Padahal, pertumbuhan ekonomi dunia dalam 40 tahun terakhir hanya meningkat tiga atau empat kalinya. Ini menunjukkan transportasi udara merupakan sektor ekonomi yang tumbuh jauh lebih cepat dibanding sektor lainnya.

Menurut data International Air Transport Association (IATA), pada 2010 dampak ekonomi yang ditimbulkan bisnis transportasi udara adalah 2,2 triliun dollar AS. Angka ini berasal dari operasi 3.846 bandar udara, 1.556 maskapai penerbangan, 192 air navigation provider, dan 13.844 unit pesawat. Pada 1990, penumpang yang menggunakan transportasi udara sebanyak 1,2 miliar orang dengan 17.307 pesawat. Pada 2010, angka ini meningkat menjadi 2,7 miliar'orang dan 23.844 pesawat. Pada 2030, diprediksi penumpang pesawat udara akan menembus angka 5,9 miliar orang dengan 45.273 pesawat.

Data Boeing, mengungkapkan, bila dilihat berdasarkan kawasan, volume lalu lintas udara diprediksi akan mengalami pergeseran dari kawasan Amerika Utara dan Eropa ke kawasan Asia Pasifik. Pada 1992, kawasan Amerika Utara dan Eropa memiliki volume lalu lintas udara dalam revenue passenger kilometer (RPK) sebesar 73 persen dari RPK dunia. Pada 2012, menyusut menjadi 52 persen, dan pada 2032 diperkirakan akan merosot menjadi 39 persen. Kawasan Asia Pasifik, Tiongkok, Timur Tengah, dan lainnya yang pada 1992 memiliki RTK 27 persen dari RTK dunia,pada 2012 meningkat menjadi 48 persen, dan di 2032 diprediksi menjadi 61 persen.

Bisa dipastikan, Asia Pasifik akan menjadi episentrum dunia penerbangan masa depan. Di ASEAN, rencana dibukanya kebijakan ASEAN Open Sky akan semakin mempercepnt pertumbuhan industri penerbangan di kawasan ini. Indonesia yang punya penduduk terbesar di ASEAN dan berupa negara kepulauan yang luas menyediakan potensi pasar yang cukup besar bagi dunia penerbangan.

Akselerasi Kapasitas

Salah satu infrastruktur pendukung utama dalam industri penerbangan yang menjanjikan tersebut adalah keberadaan bandar udara (bandara). PT Angkasa Pura I (Persero) atau Angkasa Pura Airports sebagai salah satu BUMN pengelola bandara di kawasan tengah dan timur Indonesia, menyadari potensi yang sangat besar dalam industri aviasi ini. Dari 13 bandara yang dikelolanya, tercatat beberapa bandara telah over capacity (kelebihan kapasitas).

Menyadari hal tersebut, sejak 2010 manajemen Angkasa Pura Airports melakukan pembangunan dan pengembangan bandara sebagai wujud komitmen untuk memberikan pelayanan, keamanan, keselamatan, dan kenyamanan berstandar internasional untuk pengguna jasa bandara. Hal ini dilakukan seiring dengan pergeseran tren pengelolaan bandara dunia dari airport as a business ke konsep airport city. Upaya ini juga dilakukan sebagai bagian dari program besar transformasi perusahaan, yang dikenal dengan reposisi dan restrukturisasi bisnis menuju world class airport.

Hasilnya, Bandara Internasional Lombok di Praya, Lombok Tengah, resmi beroperasi 20 Oktober 2011, untuk menggantikan Bandara Selaparang. Mataram. Selanjutnya, 19 September 2013 menjelang berlangsungnya KTT APEC 2013 di Bali, terminal internasional baru Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, resmi beroperasi. Dengan pengembangan ini, kapasitas bandara ini meningkat dari 9,7 juta penumpang per tahun menjadi 24,7 juta penumpang per tahun.

Pada 14 Februari 2014. Terminal 2 (T2) Bandara Internasional Juanda, Surabaya, mulai dapat digunakan, yang meningkatkan kapasitas bandara dari delapan juta penumpang per tahun menjadi 14 juta penumpang per tahun. Menyusul dengan digunakannya terminal baru Bandara Internasional Sepinggan Balikpapan pada 22 Maret 2014. Dengan pengembangan ini, bandara kebanggaan masyarakat Kalimantan Timur ini meningkat kapasitasnya, dari 1,7 juta penumpang per tahun menjadi 10 juta penumpang per tahun.

Angkasa Pura Airports masih terus dan akan melakukan pembangunan dan pengembangan bandara. Direncanakan, groundbreaking pembangunan Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Bandara Ahmad Yani Semarang, dan Bandara Baru Yogyakarta di Kulon Progo akan dilakukan tahun 2014 ini.

Selain pembangunan dan pengembangan bandara, Angkasa Pura Airports telah . mendirikan empat anak perusahaan pada 2012 untuk mendukung bisnis perusahaan sekaligus upaya meningkatkan pendapatan dari sektor non-aeronautika. Keempat perusahaan tersebut adalah Angkasa Pura Hotels, Angkasa Pura Logistics, Angkasa Pura Property, dan Angkasa Pura Supports.

Selanjutnya akan didirikan dua anak perusahaan lagi, Angkasa Pura Parking dan Angkasa Pura Retail. Angkasa Pura Airports juga melakukan kolaborasi strategis dengan pengelola bandara kelas dunia, seperti Incheon Airport Korea Selatan dan GVK India dalam aspek operasi, komersial, dan pengembangan SDM.

Wujud Komitmen

Seluruh langkah strategis - Angkasa Pura Airports dilandasi tekad untuk memberi dan meningkatkan layanan kepada para pengguna jasa. Upaya ini juga untuk memapankan peran strategis BUMN kebandarudaraan ini dalam mata rantai distribusi logistik dan mobilitas manusia, sekaligus sebagai pendorong bagi pembangunan dan pertumbuhan sosial ekonomi.

Pembangunan dan pengembangan bandara-bandara juga merupakan wujud komitmen Angkasa Pura Airports terhadap seluruh stakeholder, sekaligus jawaban atas amanat yang dipercayakan pada Perusahaan Negara (PN). Angkasa Pura Kemayoran 50 tahun silam. Berbekal pengalaman setengah abad mengelola bandara, Angkasa Pura Airports terbukti tangguh dan mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi.

Cita-cita founding father Republik ini yang memimpikan bandara di Indonesia dapat setara dengan bandara di negara maju bukan tak mustahil akan segera terwujud. Semua impian besar senantiasa akan membutuhkan energi yang besar dan dengan antusiasme itu semua dapat dilakukan.

angkasapura1.co.id