Kamis, 05 September 2013

Anak Kemayoran Jadi Bandar Rongsok Di Pangandaran



Saat di temui, lelaki itu tengah berkumpul ngobrol di sebuah warung tenda yang berlokasi di Pantai pangandaran. "Kita emang biasa kumpul disini", komentarnya kemudian. Selanjutnya mereka melanjutkan perbincangan yang terkadang di selingi dengan gurauan- gurauan ringan.

Namanya Tjahyono (54), dan orang sekitar mengenalnya sebagai salah satu bandar rongsok yang cukup sukses. Kendati demikian, secara diplomatis diungkapkan rasa keberatannya. "Kerjaan saya cuma mulung, yang penting cukup untuk makan sehari-hari", ujarnya merendah.

Selanjutnya, di tengah obrolan dengan rekan-rekannya, lelaki humoris itupun lantas bercerita bahwa dirinya pernah tinggal di wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat. Bahkan diapun lantas mengungkapkan rasa prihatin atas musibah kebakaran yang melanda Jalan Telaga, Kebon Sayur, Kelurahan Cempaka Baru.

"Kalo gak salah, orang tua saya dulunya kontrak di dekat-dekat situ. Mudah-mudahan rumah itu nggak kena kebakar", guman Tjahyono seraya menghembuskan asap rokok kereteknya. Bisa jadi dia mulai larut dalam kenangan semasa tinggal di pemukiman padat penduduk itu.

"Dulu saya sekolah di SDN 03 dan SMPN 119, Cempaka Baru", ujarnya kemudian. Dan di ceritakan pula bahwa dirinya pernah berkunjung ke sekolah tersebut. “Kebetulan ada teman yang tinggal di di daerah itu, jadi saya sempatin mampir, tapi nggak ketemu sama guru-guru saya yang dulu” lanjutnya. 

"Terus saya masuk STM Poncol, tapi DO lantaran gak naik kelas” tukas Tjahyono sembari cengar-cengir. Di akui pada usia remaja, dia termasuk anak yang cukup nakal, selain itu orang tuanya yang hanya berprofesi sebagai penarik becak mengaku tidak sanggup lagi untuk menanggung biaya sekolah.

“Saya anak lelaki palingtua, punya 1 kakak perempuan dan adik-adik saya 4 orang", ujarnya yang saat itu memutuskan untuk bekerja sebagai ofice-boy pada salah satu Kantor Pemerintahan. Demikianlah selanjutnya Tjahyono, mau tidak mau turut berperan sebagai tulang punggung keluarga.

"Adik laki-laki saya, tiga-tiganya jadi Sarjana, cuma yang perempuan gak terusin di ASMI karena keburu di lamar orang", ujar Tjahyono yang mengakui bahwa pada saat itu telah di angkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di instansi tempatnya bekerja.

Selanjutnya, di usia 25 tahun Tjahyono menikah dengan seorang karyawati Bank Swasta, namun lima tahun kemudian bercerai. "Sempat beli rumah di Bekasi, terus di tempatin mantan istri dan anak perempuan saya satu-satunya", tukasnya.

Di ungkapkan pula bahwa peristiwa perceraian itu sempat membuatnya frustrasi hingga entah kenapa lantas nekad mengundurkan diri dari pekerjaan. "Saya putusin hijrah ke Bandung, ikut teman", ujar Tjahyono.

Ternyata itulah babak baru dalam kehidupan Tjahyono terkait dengan perkenalannya dalam dunia perlimbahan. Pasalnya, temannya itu ternyata adalah seorang Bandar Rongsok yang akhirnya menjadi Suplier di sebuah pabrik penggilingan plastik.

Beberapa tahun kemudian, dengan bantuan modal dari temannya itulah Tjahyono memberanikan diri untuk mendirikan lapak rongsok di daerah Banjar, Jawa Barat. "Modal itu sifatnya pinjaman yang mesti di cicil dengan cara setor limbah plastik sampe lunas", tukasnya.

Singkat cerita, hutang itupun akhirnya lunas dan Tjahyono dapat lebih leluasa untuk mengembangkan usaha rongsoknya. Dalam kurun waktu relatif singkat bisnis tersebut melaju semakin pesat seiring dengan pernikahannya dengan seorang perempuan asal Banjar, Kabupaten Ciamis.

Selain itu pula lelaki yang ternyata menyenangi dunia keorganisasian tersebut, lantas berkiprah di Ikatan Pemulung Indonesia (IPI). "Oh ya, saya ini termasuk pendiri di wilayah Jawa Barat, IPI adalah organisasi para pemulung yang sekarang punya jaringan hingga mancanegara", ungkapnya.

Kini lapak rongsok miliknya yang di Banjar di kelola oleh anak perempuan dari istri pertamanya. "Kebetulan dia kawin sama anaknya teman saya yang bandar rongsok juga, bahkan sekarang mereka jadi salah satu pengepul terbesar di wilayah Kabupaten Ciamis", tukas Tjahyono tanpa dapat menyembunyikan perasaan bangganya.

Sekitar 8 tahun silam, bersama istrinya yang sekarang dan juga ke dua putra-putrinya, Tjahyono pindah ke Pangandaran dan menjalankan bisnis serupa. Dengan tangan dinginnya, Sang Mantan PNS inipun kembali mengulang sukses dalam mengembangkan bisnis perlimbahan.

Namun begitu, tampaknya lelaki itu cenderung tetap berpenampilan sederhana. Malam inipun dia hanya mengendari motor matic, kendati setidaknya 3 mobil mewah terparkir di garasi rumahnya. Bahkan di ketahui kini dia tengah membangun sebuah Masjid di wilayah pantai Karapyak, berdekatan dengan pulau Nusa kambangan.

Dan lagi-lagi Tjahyono berupaya mengelak saat di tanya tentang omzet kesehariannya. "Namanya juga Pemulung, yang penting cukup buat makan sehari-hari", ujarnya seraya tersenyum. Selanjutnya lelaki itupun melanjutkan obrolan santai malam hari bersama rekan-rekannya di antara suara debur ombak Pantai Pangandaran. (Ted)