Jumat, 27 Maret 2015

Pengembangan Kemayoran Terbentur Status Tanah


Perkembangan eks Bandara Kemayoran, Jakarta Pusat, terkendala status tanah. Seharusnya dengan lokasi strategis dan dekat pusat-pusat perdagangan Jakarta, kawasan Kemayoran bisa menjadi pusat bisnis (central business district/CBD) yang maju.

"Kendalanya ada di status lahan yang masih HPL (Hak Pengelolaan) karena milik Sekretariat Negara (Sekneg)," kata Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW).

Ali menyayangkan perkembangan kawasan Kemayoran yang cukup pesat pada awal tahun 2.000-an tidak berlanjut. Pada periode 2002 - 2004 berlangsung pembangunan apartemen besar-besaran yang dimotori pengembang swasta. Hal ini seharusnya diikuti pembangunan pusat-pusat perkantoran sebagai cikal-bakal dan inti terbentuknya sebuah kawasan CBD. Dulu kawasan ini pernah direncanakan menjadi kawasan Cyber City Kota Kemayoran. Tapi rencana ini hanya ada di atas kertas karena minimnya dorongan dari pemerintah.

Menurut Ali, status HPL seharusnya tidak jadi masalah kalau pemerintah mau memberikan jaminan dan kebijakan insentif  terhadap pengembangan properti di Kemayoran. Ia mengatakan, dulu kawasan CBD berpindah ke  Thamrin-Sudirman karena di kawasan itu diperbolehkan membangun high rise building. Kemayoran sangat potensial dikembangkan menjadi pusat bisnis baru karena aksesnya mudah bisa melalui jalan arteri dan tol, selain infrastrukturnya sangat mendukung. "Jalan di Kemayoran lebar dan bagus sudah serupa dengan jalan protokol di Jakarta," ujar Ali.

Ali membandingkan pegeseran CBD dari Jl Gajah Mada dan Jl Hayam Wuruk ke koridor Thamrin-Sudirman lalu berlanjut ke  Jl HR Rasuna Said dan Jl Gatot Subroto. Kini perkembangannya bergeser lagi ke Jl Prof Dr Satrio, Jl MT Haryono, dan Jl TB Simatupang karena kawasan segitiga emas Jakarta (Thamrin-Sudirman, Rasuna Said, Gatot Subroto)  semakin sesak. "Seharusnya Kemayoran bisa menjadi alternatif, aksesnya bagus, dekat pusat  perdagangan  Mangga Dua, Pasar Baru, Senen, dan Kelapa Gading. Ke pusat pemerintahan juga tidak jauh," imbuh Ali.

Situasi ini bisa terjadi karena pola pikir pemerintah dinilai kalah maju dibanding pengembang swasta. Kalau pendekatannya benar seharusnya Kemayoran dapat dikembangkan seperti SCBD Sudirman atau Mega Kuningan. "Ini sayang banget, sekarang kawasan Kemayoran jadi kawasan yang berjalan tanpa arah," tandasnya.

www.housing-estate.com