Jumat, 15 Februari 2013

Kisah 'Valentine Day' Berawal Dari Kemayoran ?


Seorang Sejarawan telah mengemukakan sebuah pendapat yang cukup mengejutkan, yakni kisah Valentine Day itu sebenarnya berasal dari Indonesia, dari Batavia, atau lebih tepatnya Kemayoran.

Menurutnya, sejarah Valentine, bukanlah berasal dari Romawi kuno seperti yang di yakini orang selama ini. Adapun penjelasan ringkas Sejarawan tersebut, adalah sebagai berikut :

Alkisah, tatkala VOC masih menguasai Indonesia, di sebuah kampung pinggiran Batavia, tinggallah seorang gadis cantik di Kampung Kemayoran. Gadis itu bernama Entin binti Dulandeh dan merupakan 'Kembang Desa' setempat.

Konon lantaran pesonanya itulah sehingga Entin bin Dulandeh di perebutkan oleh dua pemuda berbeda bangsa, yakni seorang Amtenaar Meneer Belanda, Charlie Scheveningen Van Houten dan yang satunya lagi Onyod bin Murkisid, pemuda rantau asal Tanah Pasundan.

Perseteruan ke dua pemuda tersebut dalam upaya mendapatkan Sang Pujaan Hati ternyata semakin hari kian memanas. Akhirnya Kamis, 14 Februari 1675, adalah hari yang di sepakati untuk mengadakan duel secara jantan pada sebuah tanah lapang di bilangan Kampung Kemayoran (yang pada saatnya di bangun Bandara Internasional).

Hal yang demikian ternyata membuat Entin binti Dulandeh gelisah tiada menentu, pasalnya gadis itu diam-diam menyukai Meneer Charlie dan Akang Onyod sekaligus. Dirinya masih bingung dalam menentukan pilihan lantaran ke dua pemuda yang berbeda bangsa itu memang memiliki daya pikat tersendiri.

Oleh karenanya, seiring dengan suara-suara dentingan senjata tajam yang saling berbenturan, Entin berlari menerobos ke tengah arena dengan maksud melerai duel maut itu. Namun apa yang terjadi selanjutnya ? Tanpa dapat di elakkan lagi, ternyata senjata-senjata tajam milik ke dua pemuda itupun justru salah sasaran dan bahkan di antaranya tepat mengenai kepala si Entin bin Dulandeh.

Seketika itu pulalah Charlie Scheveningen Van Houten dan Onyod bin Murkisid lantas tersadar bahwa mereka telah melukai Sang Pujaan Hati. Namun mereka berdua hanya berdiri mematung tanpa dapat berbuat apa-apa lantaran begitu terkesima atas peristiwa yang sungguh tiada terduga itu.

Di saat yang sama, warga Kampung Kemayoran yang tengah berkerumun menonton duel maut itupun langsung menjadi gempar. Semua mata dapat melihat dengan jelas bagian kepala Entin yang berlumuran darah segar. Secara spontan merekapun berteriak-teriak : "Pale si Entin berdaraaah tuuuh..! Pale Entin berdarah..! Pale Entin..! Pale Entin..!"

Meneer Charlie Van Houten dan Onyod bin Murksid secara berbarengan membopong tubuh Entin bin Dulandeh ke arah sebuah Sado yang kebetulan melintas di lokasi kejadian. Selanjutnya di larikanlah sosok Gadis Pujaan Hati yang terkulai berlumuran darah, ke Rumah Sakit (CBZ).

Namun lantaran Rumah Sakit tersebut berjarak cukup jauh dari lokasi kejadian, belum lagi hujan deras yang mengguyur secara tiba-tiba, jelas menyulitkan perjalanan Sado. Alhasil, nyawa Entin binti Dulandeh tidak tertolong lagi atas pendarahan hebat di bagian kepala yang di deritanya. Ya, gadis 'Kembang Desa' Kampung Kemayoran itupun meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit.

Entah kenapa, saat mengetahui Gadis Pujaan Hati sudah tidak bernafas lagi, Onyod bin Murksid lantas mendadak histeris. Bahkan secara tiada terduga, pemuda itupun langsung melompat keluar saat Sado tengah melintasi sebuah jembatan kayu Kali Ciliwung.

Bisa jadi lantaran Akang Onyod menyesali perbuatannya yang kendati tidak sengaja, namun ternyata golok miliknya itulah yang mengenai kepala Entin, gadis yang sangat di cintainya. Sang Pujaan Hati. Bisa jadi itulah yang membuatnya mengakhiri hidup dengan menghanyutkan diri ke sungai yang saat itu konon banyak buayanya.

Sementara itu, Meneer Charlie semakin shock atas tragedi beruntun yang di alaminya. Pemuda berkebangsaan Belanda itupun duduk termangu seraya matanya nanar memandangi jenasah Entin binti Dulandeh. Sepanjang perjalanan telinganya seolah terus mendengar teriakan-teriakan histeris yang riuh-rendah dari warga Kampung Kemayoran ; "Pale Entin..! Pale Entin..!"

Di hari-hari selanjutnya, pemuda berkebangsaan Belanda itupun lantas senantiasa mengurung diri di dalam kamar rumahnya. Sementara, teriakan "Pale Entin..! Pale Entin..!", terus terngiang-ngiang dan merasuk di benaknya yang lama-kelamaan tanpa sadar terlontar dari bibirnya, dengan lafal lidah Eropa, menjadi 'Valentine.. Valentine..'

Alhasil, Meneer Charlie Van Houten di pecat lantaran sering mangkir dalam pekerjaannya. Tidak hanya itu saja, selanjutnya dia pun di nyatakan menderita depresi berat yang harus segera di bawa ke Rumah Sakit Jiwa. Keluarga sang pemuda itupun memutuskan untuk memulangkan ke kampung halamannya, Negeri Belanda.

Selama perawatan di Rumah Sakit Jiwa, Meneer Van Houten terus mengucapkan kata ; 'Valentine.. Valentine..' yang lama-kelamaan menarik perhatian orang sekitar yang terus merebak ke dunia luas. Demikianlah kisah cinta yang berakhir tragis itu merebak ke segenap kalangan hingga akhirnya mentasbihkan hari kematian Entin Sang Pujaan Hati dengan menjadi 'Hari Valentine'.

sumber : my.opera.com