Gubernur Jakarta, Joko Widodo memenuhi janji dalam kampanyenya. Sabtu (1/12), Kartu Jakarta Pintar (KJP) mulai di bagi-bagikan kepada para siswa tidak mampu.
KJP dapat di pergunakan untuk menarik uang di ATM Bank DKI. Layaknya kartu ATM, KJP mencantumkan nomor dan pemegang kartu. Bedanya, di KJP ada informasi tambahan: sekolah asal siswa.
Bank DKI, menerbitkan dua jenis kartu, yakni Platinum untuk siswa sekolah negeri. Silver untuk sekolah swasta. Walaupun kartunya beda, jumlah uang yang bisa ditarik siswa di ATM sama: Rp 720 ribu.
Usai menerima kartu ini, siswa ramai-ramai mendatangi ATM. Tujuannya untuk mengecek saldo dan menarik uang.
Chrisopran, siswa kelas XII SMA Paskalis termasuk penerima KJP. “Saya sudah dapat kartunya dari Sabtu kemarin,” katanya yang ditemui saat akan pulang sekolah setelah ujian.
SMA Paskalis terletak di Jalan Ranjau Nomor 13, Kemayoran, Jakarta Pusat. Ada dua siswa sekolah ini mendapat KJP. Umumnya, mereka dari kalangan tidak mampu. Agar siswa penerima KJP mudah menarik uang, ATM Bank DKI disediakan di kompleks sekolah ini.
Chrisopran langsung mengecek saldo setelah menerima KJP jenis Silver. “Ada uangnya Rp 720 ribu. Jadi itu rekapan selama tiga bulan ke depan,” kata pelajaran yang mengambil jurusan IPS ini.
Setelah mengecek saldo, ia menarik Rp 100 ribu untuk beli buku dan biaya transport. “Kartu Jakarta Pintar ini sangat membantu,” kata siswa mengaku orangtuanya hanya penjual nasi uduk di Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat.
SMA Paskalis?"tempat Chrisopran sekolah?"menarik iuran dari siswa Rp 350 ribu per bulan. KJP ini bukan untuk membayar iuran sekolah. Tapi untuk siswa beli buku, seragam maupun transport.
Sebelum mendapat KJP, Chrisopran dipanggil pihak sekolah. Ia lalu diminta mengisi formulir. Katanya untuk dapat KJP. Ia tak tahu alasan pihak sekolah menyodorkan namanya sebagai penerima KJP.
Namun, ia tak mengetahui kriteria apa saja yang dibutuhkan sehingga pihak sekolah memilihnya untuk mendapatkan kartu KJP tersebut.
Sebelumnya, Chrisopran juga tercatat sebagai penerima bantuan dari Pemerintah DKI lewat program Rawan Putus Sekolah (RPS). Setiap bulan dia menerima bantuan Rp 240 ribu. Sama seperti jumlah yang disediakan Pemerintah DKI lewat program KJP.
Kepala SMA Paskalis, Theresia Setyastanti senang beberapa siswanya menerima Kartu Jakarta Pintar. “Saya sangat senang dan suatu kebanggaan bagi kami bisa kedatangan Bapak Gubernur,” katanya.
Ia mengatakan, dua puluh siswa sekolah ini yang mendapat KJP memang benar-benar berhak mendapat bantuan. Ini dibuktikan dengan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan kelurahan.
Pihak sekolah lalu merekomendasikan siswa-siwa yang tidak mampu yang pintar dan berperilaku baik untuk mendapat KJP.
Sebenarnya, kata Theresia, siswa lain yang dinilai berhak mendapatkan KJP. Namun karena sekolah ini hanya dijatah 20, maka siswa calon penerima KJP diseleksi.
Menurutnya, siswa yang sekolah di sini memiliki dengan latar belakang ekonomi beragam. “Kami memiliki siswa yang menengah ke atas, juga ada yang kurang mampu,” katanya.
Nita Lestari, siswi kelas 3 SMA Islam Al-Jihad, Joharbaru, Jakarta Pusat merasa senang menerima dana bantuan pendidikan dari Pemerinta DKI. Apalagi orangtuanya berasal dari keluarga tak mampu. Sehingga bantuan itu dirasa sangat membantunya untuk sekolah.
“Uang ini bisa digunakan untuk kebutuhan sekolah. Seperti membeli buku, sepatu, seragam sekolah dan sebagainya. Kartu ini juga dapat digunakan sampai saya lulus sekolah. Saya juga memanfaatkan ini untuk tabungan,” ujar siswi yang baru berumur 17 tahun ini.
Kegembiraan juga dirasakan Dapot Hutauruk, siswa Kelas 3 IPS 1 Yappenda, Tanjungpriok, Jakarta Utara. “Biasanya kalau mau beli seragam saya nabung dulu, tapi sekarang bersyukur sudah dapat Kartu Jakarta Pintar, dan uangnya bisa ditabung untuk dipakai yang lain,” kata siswa yang berasal dari keluarganya tidak mampu ini.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto mengatakan untuk tahap KJP diberikan kepada 3.013 siswa di lima wilayah Jakarta. Yakni 705 siswa dari 28 sekolah di Jakarta Pusat, 1.662 siswa dari 46 sekolah dari Jakarta Utara.
Kemudian di Jakarta Selatan 4 sekolah dengan 71 siswa, Jakarta Timur 31 sekolah dengan 290 siswa. KJP juga dibagikan kepada 285 siswa dari dua sekolah di Kepulauan Seribu.
Taufik mengatakan dana KJP untuk Jakarta Pusat dan Jakarta Utara cukup untuk 3 bulan ke depan. Sedangkan, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Kepulauan Seribu cukup untuk 6 bulan ke depan.
“Anggarannya pada tahun ini Rp 37 miliar, tapi tahun depan mencapai Rp 378 miliar karena dari siswa SD, SMP dan SMA akan dibagikan kartu ini,” katanya.
Taufik menargetkan tahun ini ada 375.539 siswa dari 1.085 SMA/SMK yang mendapat KJP. “Tahun depan Kartu Jakarta Pintar akan diberikan kepada siswa-siswi dari keluarga miskin dan sangat miskin, mulai dari tingkat SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK negeri dan swasta dengan total keseluruhan 332.000 siswa,” katanya.
Ia mengatakan, pemberian KJP ini kepada siswa untuk melatih mereka bertanggung jawab mengelola bantuan yang diberikan Pemerintah DKI. “Melihat ini dari sisi pendidikan siswa untuk bisa memberikan kepercayaan yang sudah diberikan. Kita percayakan pada siswa,” katanya.
Taufik mengatakan pengawasan penggunaan KJP melibatkan pihak sekolah juga orang tua siswa. Sekolah akan mengundang orang tua untuk diberikan pengarahan dan diharapkan selalu berkomunikasi dengan sekolah mengenai penggunaan KJP.
Selain itu, masyarakat yang tinggal bersama dengan penerima kartu diminta juga mengawasi agar penggunaan KJP sesuai kebutuhan siswa.
“Koordinasi masyarakat di wilayah, misalnya RT ikut mengawasi KJP untuk penggunaan yang baik,” katanya.
Sekolah Kartini Berharap Siswanya Dapat Kartu
Sekolah Darurat Kartini yang selama ini menampung ratusan anak-anak tidak mampu juga ingin dapat Kartu Jakarta Pintar (KJP).
“Kalau bisa siswa dapat Kartu Pintar supaya bisa dapat segala macam untuk kebutuhan sekolah. Dulu yang soal lahan itu, Pak Ahok sudah balas, tanahnya sudah beres, dan bangunannya sudah diselesaikan sama Pak Polisi,” kata Sri Irianingsih, salah satu pendiri Sekolah Darurat Kartini.
Wanita yang akrab dipanggil Ira ini mengaku sudah meminta KJP ke Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Thahaja Purnama (Ahok) kewat pesan singkat (SMS). “Soal Kartu Pintar sudah saya SMS, cuma belum dibales,” katanya.
Ira berharap permintaannya bisa segera dikabulkan agar siswa di Sekolah Darurat Kartini?"yang juga warga DKI Jakarta?"bisa memperoleh hak dasarnya: mengenyam pendidikan.
“Anak-anak kan sudah terbantu kalau dikasih Kartu Pintar. Biar aku yang ngasih makan dan sekolah mereka. Segeralah, mereka kan butuh, sebagai anak DKI Jakarta, sebagai warga negara Indonesia mereka itu berhak,” katanya.
Seperti diketahui, Sekolah Darurat Kartini sekolah tidak pernah memungut kepada 621 muridnya sejak 1990. Sekolah yang dikelola kakak beradik kembar, Sri Rossyati dan Sri Irianingsih ini beberapa kali pindah tempat karena digusur.
Awalnya di Pluit. Lantaran digusur pindah ke Ancol, Penjaringan, dan Kali Jodo, Jakarta Utara. Saat ini Sekolah Darurat Kartini menempati lahan di pinggir rel Kampung Bandan Jakarta Utara. PT KAI telah meminta sekolah ini pindah dari pinggir rel.
Dukung ‘Jakarta Pintar’ Bank DKI Tambah ATM
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo akan membentuk tim khusus untuk mengawasi penggunaan Kartu Jakarta Pintar (KJP). “Tim ini baru akan saya bentuk kalau semua kartu sudah didistribusikan, yaitu sebanyak 332.000,” katanya.
Tim ini bertugas mengawasi penggunaan KJP, namun untuk saat ini pemantauan dilakukan pihak-pihak yang dekat dengan siswa penerima KJP. “Karena program KJP ini baru dimulai, jadi pemantauannya masih dilakukan oleh pihak-pihak yang dekat dengan siswa, seperti guru, kepala sekolah, orang tua murid, dinas pendidikan dan inspektorat. Nanti, baru kita bentuk tim khusus,” katanya.
Jokowi menjelaskan, peluncuran Kartu Jakarta Pintar merupakan yang pertama kali dan sudah dicoba di anjungan tunai mandiri (ATM) Bank DKI. “Bulan ini ada tambahan 6.000-an. Tahun depan kira-kira 332 ribu yang mau diluncurkan untuk sekolah swasta dan negeri,” katanya.
Ia menambahkan, paling banyak sekolah swasta yang diberikan Kartu Jakarta Pintar. “Jadi yang SMA dan SMK diberikan 240 ribu, SMP 210 ribu dan yang SD 180 ribu. Itu bukan untuk biaya sekolah, tapi untuk biaya beli seragam, sepatu, buku dan biaya tambahan gizi, serta transport, karena biaya sekolah sudah ditanggung,” katanya.
Menurutnya, siswa yang ingin mendapatkan kartu ini namanya harus ada dalam base line data. Jika kartu telah selesai dicetak tapi masih ada siswa yang ingin mendapatkan, akan dibuka pendaftaran lagi.
“Ini base line sudah saya pegang. Setiap tanggal 1 uang itu sudah masuk. Penggunaannya nanti dikontrol dan di-sampling setiap anak,” katanya.
Sesuai aturan, KJP dapat dimanfaatkan siswa untuk menutupi biaya transportasi, keperluan membeli buku, peningkatan gizi, dan hal lainnya yang masuk dalam kebutuhan personal siswa untuk bersekolah.
Jokowi mengancam akan memberikan sanksi apabila ada siswa yang kedapatan menggunakan KJP di luar peruntukannya. “Jangan untuk yang lain. Kalau untuk beli televisi nanti kartunya saya cabut,” katanya.
Direktur Utama Bank DKI Eko Budiwijono mengatakan pihaknya mendukung program Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang dikeluarkan Pemerintah DKI. Untuk mempermudah siswa menarik uang, pihaknya akan menambah mesin ATM.
“Kalau di 2013 kita ingin nambah 200 ATM, nanti penempatannya kita atur sedemikian rupa, di kantong-kantong yang berhubungan dengan memperluas akses jakarta pintar,” katanya.
Namun, Eko belum mau menyebut berapa persentase dari ATM baru itu yang akan didistribusikan di sekolah-sekolah. “Saya belum bisa tentukan, karena belum survei tapi nanti kita liat kantong-kantong mana yang perlu ATM, pasti kita support,” katanya.
Mengenai berapa besar dana untuk mendukung program KJP ini, Eko enggan menyebutkannya. “Itu jangan ditanya saya, itu ditanya ke Dinas Pendidikan,” katanya.
Gubernur DKI Joko Widodo memenuhi janji kampanyenya. Sabtu pekan lalu,
dia meluncurkan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Kartu ini dibagi-bagikan
kepada siswa tidak mampu.
Bentuk dan fungsi KJP seperti kartu
ATM. Kartu ini bisa dipakai untuk menarik uang di ATM Bank DKI. Layaknya
kartu ATM, KJP mencantumkan nomor dan pemegang kartu. Bedanya, di KJP
ada informasi tambahan: sekolah asal siswa.
Bank DKI, penerbit
KJP membuat dua jenis kartu. Platinum untuk siswa sekolah negeri.
Silver untuk sekolah swasta. Walaupun kartunya beda, jumlah uang yang
bisa ditarik siswa di ATM sama: Rp 720 ribu.
Itu dana yang
disediakan Pemerintah DKI untuk seorang siswa SMA dan SMK untuk tiga
bulan. Artinya, setiap bulan siswa dijatah Rp 240 ribu.
sumber : rmol.com