Selasa, 07 Agustus 2012

Pesta Pernikahan Tanpa Menu Catering


"Muka Saya Seperti Disiram Kotoran"

Apa jadinya bila acara resepsi pernikahan yang cukup gemerlap tak ada menu catering? Itulah yang terjadi pada pasangan pengantin ini. Kenapa semua ini bisa terjadi?

Semestinya kebahagiaan mewarnai pasangan Widya Kristianti, S. Sos dan Arman Kusuma, ST, yang duduk di pelaminan, Minggu (6/8). Setelah sekian tahun merajut cinta, mereka menyelenggarakan resepsi pernikahan di Graha Angkasa Pura I, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Namun, kebahagiaan mereka berubah menjadi kegelisahan ketika menu catering yang dipesan dari Siti Zubaidah alias Juju tak kunjung datang. Padahal, tamu dalan gedung sudah membludak.

Sepasang mempelai dan keluarganya gelisah menanti menu catering tiba di meja makan. Waktu sudah menunjuk pukul 11.30, sementara jadwal acara di gedung cuma sampai pukul 13.00. Wajah mempelai yang semula cerah berubah jadi cemberut ketika tahu makanan tak kunjung datang. "Yang ada di pikiran saya hanya satu, kenapa Bu Juju jahat sekali," kata Widya yang diiyakan oleh suaminya.

Widya merasa, semua ini jelas kesalahan Juju sebagai pemilik Nur Catering Service. Padahal, semua pembayaran sudah dilunasi. "Sebelum berlangsung resepsi, Juju beberapa kali datang ke rumah. Dia bilang, saung-saung untuk menaruh makanan secara prasmanan sudah dibikin dan diberi nama. Namun, semua yang dijanjikan itu tidak ada," lanjut Widya.

Waktu itu, Widya dan Arman masih berharap catering bakal datang. Sekitar pukul 12.00, belum juga ada makanan. Tentu saja para tamu setelah salaman ada yang langsung pulang. Ada pula yang diam di tempat. "Memang ada tamu yang meminta agar saya tabah menerima semua ini."

Sebaliknya, Widya juga sempat mendengar bisik-bisik yang menyindir dirinya. "Kalau tak punya duit, kenapa harus menikah di gedung." Mendengar sindiran itu, wajah Widya jadi memerah. "Saya hanya bisa menangis menahan malu," papar Widya sedih.

Ketika bersalaman dengan tamu, pasangan pengantin ini juga tak bisa konsentrasi. Mata Widya dan Arman tertuju ke meja prasmanan dan saung yang kosong. ''Apa yang bakal dimakan oleh tamu saya. Saya betul-betul malu. Apa yang akan saya jelaskan kepada teman-teman sekantor nanti," ujar Widya yang memperpanjang cuti kerjanya hanya karena malu masuk kantor.

"Sempat Ada Harapan"

Kegelisahan yang sama juga dirasakan Hasanah (50), ibu Widya. "Saya malu. Jika tak kuat, mungkin saya sudah pingsan. Waktu itu, saya hanya bisa clingak-clinguk menanti makanan datang. Bayangkan, dalam kondisi seperti itu, saya tetap harus menyambut tamu dengan ramah," jelas Hasanah.

Hasanan memang berusaha tersenyum di depan tamu. Namun, hati Hasanah dan keluarga besarnya jadi hancur. Mereka jadi pucat-pasi menghadapi tamu. "Perasaan kami hancur. Ini sama halnya muka kami disirami kotoran kerbau oleh si empunya catering'' papar Hasanah.

Apalagi Hasanan juga mendengar beberapa tamu undangan yang menyindir dirinya sok menyelenggarakan acara di gedung, tapi duit cekak. "'Mendengar omongan itu perasaan saya hancur. Rasanya saya ingin menangis. Tapi, saya berusaha diam. Kalau bicara, saya pasti menangis dan mungkin sudah pingsan," jelas Hasanah.

Dengan sikap diamnya, lanjut Hasanah, justru memberikan kekuatan kepada pasangan pengantin. Apalagi, ia juga membesarkan hati mereka. "Saya bilang pada anak dan menantu saya agar tidak memikirkan apa-apa. Malah saya mencoba menghibur, pesanan catering itu pasti datang,'' hibur Hasanah.

Sebelumnya, saat prosesi adat Sunda dilakukan, panitia pernikahan sudah berusaha mengulur waktu. Tapi, sampai acara adat selesai, yang ditunggu tak kunjung datang. Menu yang ada hanya es doger. Apa boleh buat, para tamu hanya bisa menyantap es doger. "Saya sempat ada harapan setelah dua jam acara, ada beberapa pelayan catering yang menaruh kerupuk. Pikir saya, catering akan datang. Eh, rupanya tidak," kata ibu dua anak ini.

Ketika waktu acara di gedung hampir usai, pihak catering datang membawa dua termos nasi putih, dua baskom sedang nasi goreng, dan sedikit porsi sup ayam. "Menu lain yang kami pesan seperti kambing guling, ikan kakap asam manis, dan menu lain tidak datang. Kami benar-benar kecewa."

Ada menu lain yang tersedia tapi tak sesuai pesanan. "Kami pesan puding, tapi yang datang hanya agar-agar. Saya benar-benar dipermalukan di depan banyak orang," ungkap Hasanah dengan nada kesal.

"Pesanan Dari Cendana"

Hasanah juga malu karena banyak tamu yang tidak kebagian piring dan sendok. "Wah, pokoknya kacau sekali. Banyak yang marah-marah. Jelas sekali para tamu kecewa. Ada yang mengambil nasi dengan sendok karena centong nasi tidak tersedia," keluh Hasanah.

Sangat pantas Hasanah malu dan kesal. Apalagi, jauh hari ia sudah membayar semua paket yang dipesan pada Juju. Harga satu paket Rp 36 juta. Kekecewaan Hasanah sebenarnya sudah dirasakan sejak dini. Saat acara akad nikah, perias pengantin tak mau hadir. Alasannya belum dibayar Juju. "Seharusnya, sebelum acara dimulai, semua mitra Juju, kan, sudah dibayar lunas. Tapi, ini tidak. Jadi, kamilah yang kesusahan," papar Hasanah.

Lebih kesal lagi, foto dan video syuting pernikahan, hingga kini belum diberikan tukang foto. Alasannya, order belum dibayar Juju. "Semua serba kacau. Sungguh ini merupakan pelajaran yang sangat berarti. Ternyata, kita harus waspada. Sungguh saya tak menyangka, Juju bisa jahat seperti itu."

Dikatakan Hasanah, Juju tampak seperti orang baik-baik. Ketika datang ke rumahnya, Juju sering mengajak anaknya yang masih TK. "Setelah datang, dia langsung salat. Ketika saya suruh duduk di kursi, ia mau maunya duduk di bawah. Siapa yang curiga dia akan berbuat seperti ini?'' ujar Hasanah tak habis pikir.

Sebenarnya, Hasanah mengaku tak asal pilih catering. Konon nama Juju sudah dikenal di kawasan Kemayoran dan sekitarnya. "Besan saya sudah dua kali pesan di catering Juju. Beberapa orang di daerah sini juga sudah pernah pesan pada Juju. Selama ini tidak pernah ada masalah," cerita Hasanah.

Menurut Hasanah, beberapa tetangga juga memuji makanan Juju enak. "Kok giliran saya punya hajat, kejadiannya kok jadi seperti ini. Jelas sekali Juju telah menipu saya,"ungkap Hasanah yang pernah jalan bareng dengan Juju. Kala itu, mereka satu mobil dari tempat salon di Rawamangun menuju rumahnya di bilangan Kemayoran.

Dalam kesempatan tersebut, Juju cerita pada Hasanah bahwa ia juga kebagian order dari keluarga Cendana yang akan mengadakan resepsi pernikahan di bulan September. "Saya sempat tanya, siapa yang akan menikah. Katanya keluarga Cendana dengan Lulu Tobing. Wah hebat, dia bisa melayani artis. Ternyata, semua itu hanya omong kosong."

Belakangan Hasanah, Widya, dan keluargaya melaporkan kasus ini ke Polsek Metro Kemayoran. Juju pun ditangkap dengan tuduhan melakukan penipuan. "Saya bersyukur Bu Juju sudah ditangkap polisi. Koran-koran pun memberitakan kasus ini. Saya beli koran itu sebanyak-banyaknya dan saya tunjukkan pada teman-teman. Dengan demikian orang tahu, pernikahan saya kacau karena ditipu. Jadi, bukan karena kami kurang persiapan," papar Widya.

Meski demikian, kegusaran Widya tidak akan pernah hilang. Ia masih akan terus terbayang, pesta pernikahannya yang kacau.

"Untuk Biaya Sekolah Anak"

Menurut Kanit Reskrim, Polsek Metro Kemayoran, Iptu Ari Susanto, perbuatan Juju dapat dikenai pasal penipuan 378 KUP dan 335 KUHP, perbuatan tak menyenangkan di depan orang banyak. ''Ia bisa diganjar hukuman penjara lima tahun. Ia mengakui perbuatannya tanpa bertele-tele. Ia mengaku, kelebihan order itu digunakan untuk keperluan kebutuhan hidup sehari-hari. Termasuk biaya berobat serta ngontrak rumah,'' papar Ari.

Ketika di temui NOVA, Juju memang mengakui perbuatannya. Ia mengaku melakukan penipuan itu karena kepepet kebutuhan hidup. "Uang dari order itu, banyak yang saya gunakan untuk kebutuhan hidup. Sebagian untuk bayar kontrak rumah, biaya sekolah anak, dan berobat ke rumah sakit. Sudah lama saya hidup sendiri," papar janda enam anak yang mengontrak rumah di Bekasi Timur ini.

Karena beban hidup itulah, Juju menilep uang keluarga Hasanah. Ketika ditanya lebih jauh, Juju enggan menjawab. Ia justru menceritakan pasang surut hidupnya. "Saya memang menjalankan bisnis catering. Saya buka usaha ini tahun 1998. Sampai tahun 2001, usaha saya cukup maju. Bahkan saya bisa kredit dua mobil bekas."

Di tengah usahanya yang makin maju, lanjut Juju, suaminya malah selingkuh sampai akhirnya mereka cerai. "Saya jadi tak fokus dengan usaha saya. Usaha saya jadi berantakan. Di sisi lain, anak-anak menuntut biaya hidup yang tak sedikit. Sekian lama usaha ini vakum, saya akan memulai lagi. Kebetulan saya dapat order dari Bu Hasanah. Begitu dapat order besar, "Saya malah khilaf. Semua itu karena kebutuhan hidup yang semakin tinggi," katanya. "Sekarang saya benar-benar menyesal," lanjutnya sambil menundukkan wajah.

tabloidnova.com