Jumat, 18 November 2011

Sstt... Proyek Perumnas Diusir dari Kemayoran


Harga Satu Unit Rusunami Dinaikkan 20 %

Para pengembang masih keluhkan status pemegang hak tanah kompleks Kemayoran. Selain tak miliki kepastian pembangunan, birokrasi yang berbelit- belit jelas merugikan pengembang, baik BUMN maupun swasta.

Disinyalir, terdapat mafia lahan dan perizinan yang bermain disana. Perlu dipertegas, siapa se­be­narnya pemegang kewe­nangan perizinan di kawasan eks lahan bandar udara Kemayoran tersebut.

Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz diharapkan mampu memberantas praktik mafia tersebut dan dapat memberikan terobosan baru membangun rumah susun hak milik (rusunami) di per­ko­­taan yang sangat dibutuhkan ma­sya­rakat dibanding mem­bang­un kawasan komersil.

Selain Siti Hartati Murdaya, pengusaha dari PT Jakarta Land, petinggi Perumnas ikut menge­luhkan birokrasi perizinan pro­perti di Kemayoran. Proyek ru­sunami yang sudah di­garap lama, kabarnya terancam akan dire­lokasi lantaran loka­si­nya dianggap tidak tepat.

Jika relokasi jadi dilakukan, belum bisa diketahui berapa kerugian Perumnas. "Proyek Pe­rumnas di Kemayoran me­mang mengalami kendala besar. Kami sedang mem­per­ju­ang­kan agar proyek rusunami tetap bisa ber­jalan di perkotaan", ungkap Di­rek­tur Utama Perumnas Hi­ma­wan Arief di sela Ground Breaking Ru­­sanami Grand Center Point To­wer C di Bekasi, Jumat (11/11).

Saat ini, Perumnas tengah mem­prioritaskan proyek pem­ba­ngunan rusunami di empat lokasi di Jabodetabek. Yaitu Ceng­ka­reng, Sentra Timur dan Bekasi. Sedangkan, di Kemayoran masih terkendala masalah.

Perumnas juga mengklaim, ada 31 tower dengan total hunian lebih dari 10 ribu unit rusunami yang sedang dibangun.

"Pembangunan Rusunami di perkotaan sesuai program pe­me­rintah dan hanya Perumnas yang baru mewujudkan hal tersebut", klaim Himawan. Di Bekasi sen­diri, Perumnas mengaku puas, ka­rena minat masyarakat terhadap rusunami di sana cukup besar.

"Kami sediakan lahan di sana sekitar 1,3 hektar untuk dibangun empat tower. Total hunian men­capai 1.822 unit. Tower A dan B sudah terjual setahun ini seba­nyak 840 unit. Khusus tower C, yang baru akan dibangun sudah 80 persen terjual", katanya.          

Menyinggung soal harga rusu­nami, Perumnas belum me­naik­kan­nya. Harga yang ditawarkan tetap sama, yakni Rp 144 juta per unit. "Perumnas tetap mengacu pada aturan pemerintah yang me­mang bisa dijangkau masyarakat kecil dan menengah", tegasnya.

Sementara itu, Djan Fa­ridz be­rencana mengevaluasi har­ga jual rusunami. Dia menilai, harga yang ditetapkan peme­rintah  dulu sudah tidak relevan.

Bahkan, kenaikan harga rusu­nami mungkin bisa mencapai 20 persen dan itu akan dise­suai­kan dengan kondisi harga bahan bangunan, dan lahan perumahan.

"Kalau di Bekasi harga lahan masih terjangkau, Rp 2-3 juta dan tidak perlu ada subsidi dari peme­rintah, kecuali wilayah Jakarta yang harga tanahnya sangat tinggi", ujarnya. Untuk itu, nanti pihak Kemenpera akan menen­tukan harga yang sesuai dengan pa­saran serta kemampuan kon­sumen.

sumber : ekbis.rmol.co