Menyambut dan memeriahkan Tahun Baru Islam, 1 Muharam 1433 Hijriyah, Koperasi warung Tegal (Kowarteg) menggelar wayang kulit selama dua malam berturut-turut.
Pergelaran seni dan budaya Jawa tersebut dilaksanakan Jumat (25/11) malam di halaman Mapolsek Metro Kemayoran dan Sabtu (26/11) malam di halaman Kantor Kecamatan Kemayoran.
Ketua Umum Kowarteg, H. Sastoro SE mengatakan sebagai umat Islam sangat bahagia dan bersyukur atas datangnya Tahun Baru Islam 1 Muharam atau 1433 H. Sebagai ungkapan syukur dan menyambut tahun baru Hijriyah tersebut, Kowarteg menggelar acara Wayang Kulit selama dua malam berturut-turut.
Pergelaran seni dan budaya Jawa tersebut dilaksanakan Jumat (25/11) malam di halaman Mapolsek Metro Kemayoran dan Sabtu (26/11) malam di halaman Kantor Kecamatan Kemayoran.
Ketua Umum Kowarteg, H. Sastoro SE mengatakan sebagai umat Islam sangat bahagia dan bersyukur atas datangnya Tahun Baru Islam 1 Muharam atau 1433 H. Sebagai ungkapan syukur dan menyambut tahun baru Hijriyah tersebut, Kowarteg menggelar acara Wayang Kulit selama dua malam berturut-turut.
“Diharapkan saat acara di Mapolsek Metro Kemayoran, Kapolda Metro Jaya dan Kapolres Jakpus hadir. Termasuk juga para pecinta wayang kulit di berbagai wilayah,” jelas mantan anggota DPR/MPR ini, Kamis (24/11).
Pagelaran wayang kulit di pelataran Mapolsek Metro Kemayoran Jumat (25/11) malam menampilkan dalang asal Cilacap, Ki Sutejo Mudo Carito dengan cerita (lakon) Wisanggeni Gugat. Sedangkan, Sabtu (26/11) malam di halaman Kantor Kecamatan Kemayoran menampilkan dalang asal Banyumas, Ki Sugino Purbocarito dengan cerita (lakon) Ontoseno nagih janji. Pagelaran wayang ini merupakan elaborasi versi gagrak Banyumas.
Dikatakan Sastoro, Pagelaran wayang kulit di halaman Mapolsek Metro Kemayoran, selain untuk menyambut datangnya Tahun Baru Islam juga untuk ruwat bumi kantor mapolsek. Karena sudah 25 tahun sejak pindah dari kantor lama Jl Patrice Lumumba terus ke kawasan Bandara Kemayoran belum pernah diruwat dan diresmikan. “Kegiatan ini juga untuk melaksanakan nadzar atau khaul yang pernah kami ucapkan,” kata ketua umum panitia.
Diharapkan kepada masyarakat khususnya para pecinta wayang kulit ikit hadir menonton dan memeriahkan. Karena tidak dipungut bayaran dan diberikan makanan serta berbagai macam door prize. “Mari kita jaga dan lestraikan seni budaya bangsa yang Aluhung, agar tetap jadi tontotan yang isinya jadi tuntunan hidup,” jelas Sastoro.
sumber: poskota.co.id
.jpg)
