Minggu, 02 Januari 2011

AHA Steak, Kemayoran


Kebanyakan orang beranggapan bahwa kuliner import pasti mahal harganya. Ya, mahal seolah identik dengan makanan-makanan ala barat atau Eropa tersebut.

Begitu pula bila mendengar kata 'steak', pasti terbayang harganya yang 'fantastis'. Namun agar tidak penasaran, ada baiknya berkunjung ke salah satu warung 'steak' di bilangan Kemayoran.

"Saat pertama kali kami buka tahun 2004, animo warga sekitar serta calon pelanggan agak berat", papar Freddy sang pemilik yang memulai usahanya setelah 'pensiun' dari pekerjaannya sebagai staf akunting di beberapa foodcourt dan mal. "Bahkan ada yang tanya, 'Steak itu apaan sih?' dan saya pun terkadang menahan tawa", ujar lelaki 36 tahun ini tentang usaha warung steaknya.

Otomatis, Freddy pun bermain di segment pasar yang bukan saja terbatas kemampuan daya belinya tapi juga terbatas pengetahuannya tentang produk yang dia luncurkan. Terjadilah proses edukasi dan promosi yang lumayan panjang dan berat untuk memasuki pasar wilayah kemayoran. Ternyata Freddy dan rekannya berhasil. Terutama setelah melewati masa krisis tahun 2008.

"Sebenarnya krisis tahun 2008, adalah krisis tersendiri bagi Amerika Serikat, dan di negara Indonesia terutama banyak masyarakat kita tak merasakan dampaknya. Namun begitu peningkatan animo masyarakat terhadap produk yang kami pasarkan kian meningkat", ungkap Freddy lebih jauh, "Yah nggak banyaklah pengaruhnya buat penjualan kami walau ada sedikit".

Keberhasilan Freddy dan rekannya membuka usaha warung makanan barat berupa steak dan burger serta menu makanan lainnya berkonsep kaki lima semakin terlihat apalagi setelah buka cabang di Cempaka Putih.

kelanakuliner.com