Senin, 29 Februari 2016

Sulitnya Mengusir PSK dari Gang Laler




Wanita pekerja seks komersial (PSK) di Gang Laler, Blok B1, Kemayoran belum juga hilang. Padahal Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Pusat telah berusaha keras mengubah lokasi tersebut menjadi tempat penampungan pedagang kaki lima (PKL) H Jiung dan Masjid Akbar.

Berdasarkan pantauan, Sabtu (27/2) malam, terlihat para pekerja seks tersebut secara terang-terangan menawarkan diri kepada para pengendara yang melintas. Bermodalkan pakaian ketat, sedikit terbuka pada bagian sensitif mereka berusaha merayu pengendara untuk berhenti dan mengajak mereka untuk berkencan.

“Mampir mas, sini dingin-dingin bisa saya angetin," ucap salah satu PSK yang mengaku bernama Sari.

Ketika didekati, salah satu PSK langsung menebar senyum dan godaan. Tanpa rasa sungkan, PSK juga menyebutkan bahwa tarif berkencan sebesar Rp 250 ribu. Sedangkan untuk bermalam, dirinya mencantumkan harga sebesar Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta lebih.

Hanya saja, jika PSK tersebut merasa nyaman terhadap pelanggannya, maka para PSK yang berada di lahan Pusat Pengelola Kawasam Kemayoran (PPKK) tidak mempermasalahkan akan dibawa oleh para tamu. "Tarif saya segitu, kalau mau ayo, kalau tidak ya cari yang lain," tutur Sari.

Terkait maraknya prostitusi di kawasan tersebut, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) Jakarta Pusat Ian Sofyan mengatakan, segera menertibkan para PSK. Pihaknya juga sudah mendapat laporan masyarakat bahwa para PSK kembali turun ke jalan.

Padahal lokasi tersebut sudah dijadikan tempat penampungan para pedagang. "Sebenarnya itu lahan milik PPKK di bawah pengawasan Sekretariat Negara (Sekneg). Kita kerap kali tertibkan para PSK, tapi harusnya bukan Pemkot Jakpus saja yang turun. Harusnya PPKK libatkan petugasnya," tukas Ian.

sumber : jpnn.com