Selasa, 02 Agustus 2011

Suara Masa Lalu Bandara Kemayoran


Tiada lagi gemuruh mesin Jet Fokker 28 dan DC-9, gemuruh radial piston engine DC-3 Dakota hingga raungan mesin turboprop Lockheed Elektra dan Vickers Viscount disini. Bagi para pencinta music Tock era 70-80 an, deru mesin-mesin itu laksana lengkingan gitar sang maestro Jimmi Hendrix dan Eddie Van Halen yang senantiasa menyimpan gejolak romantisme dalam jiwa.

Hamparan pemandangan di Kemayoran saat ini seakan menyiratkan asa dibalik suatu impian panjang. Perubahan mulai terus berpacu demi menyingkap tabir cita-citanya. Dalam sebuah perenungan di sudut eks Bandara Kemayoran, sekelebat muncul kembali kisah-kisah nostalgik yang kemudian terelefleksi dalam dinamika ironi kehidupan.

Dipenghujung Maret tahun 1985, usai sudah aktivitas penerbangan di tempat ini. Selanjutnya secara resmi ditutup pada 1 Oktober 1985 setelah melaksanakan tuganya sebagai bandara Internasional pertama di Indonesia sejak dibuka pertama kali oleh pemerintah kolonial Belanda pada 8 Juli 1940.

Lantas pesawat penghuninyapun eksodus ke bandara-bandara lain disegenap penjuru bumi pertiwi. Adapula yang hijrah ke lokasi yang baru (kala itu) yakni Bandara Internasional Soekarno Hatta ataupun ketempat saudara tuanya di Halim Perdana Kusumah wilayah Timur Jakarta.

Namun ada yang tetap bertahan di Kemayoran lantaran tak kuasa lagi mengarungi langit biru. Mereka adalah pesawat milik Aeroclub Indonesia berupa Piper PK-SWR dan PK-SBW yang menghabisi sisa usia di Kemayoran. Keduanya seolah jadi saksi perubahan tempat tinggalnya hingga akhirnya sirna tiada berbekas seiring dengan kerasnya kehidupan.