Kamis, 28 Juni 2012

Tim 212 Kemayoran Rutin Latihan Bersama


Para pencinta burung kicau sangat banyak di negeri ini. Bahkan kemungkinan memiliki komunitas terbesar dan paling aktif dibandingkan komunitas jenis flona lainnya.

Klub pecinta burung, baik secara dunia nyata ataupun dunia maya (via internet) selalu diminati. Komunitas ini dikatagorikan paling aktif karena paling sering menggelar ajang lomba kicau burung dan selalu dibanjiri penggemar.

Seperti contohnya, Agus Kebot, warga Komplek Angkasa Pura Blok K Nomor 8, Kemayoran, Jakarta Pusat, sejak membuka klub penggemar burung kicau Tim 212 Kemayoran, pesertanya makin berjibun.

"Sejak berdirinya Tim 212 Kemayoran pada tahun 2008 hingga kini secara rutin menggelar latihan bersama (latma) tiap Sabtu siang untuk menyalurkan hobi melombakan burung kicau" ujar Agus selaku Ketua Tim 212 Kemayoran yang diawaki sekitar 15 orang.

Melalui ajang latber ini, sesama anggota komunitas pecinta burung kicau dapat menyalurkan hobi, tukar informasi, jual-beli burung, dan sebagainya. Setiap menggelar latber jumlah peserta terus bertambah dan kini mencapai 300-an orang tiap event.

"Untuk mewadahi para hobis yang terus meningkat kini Latber Tim 212 Kemayoran pindah ke kawasan Wisma Calesian Don Bosco, Jalan Mandor Iren, belakang Astra Honda Sunter Kemayoran, Jakut" kata Agus.

Selain itu, Agus konsisten menggelar latber atau lomba burung tanpa teriak. Maksudnya saat burung dinilai dewan juri, tidak ada seorangpun yang boleh teriak, sehingga kicau burung terdengar lebih jelas.

Latber yang digelar tiap Sabtu ini selalu dibanjiri ratusan komunitas pecinta burung dari berbagai penjuru Jabodetabek.

"Panitia tidak berorientasi bisnis terhadap penjualan tiket lomba yang sangat murah mulai dari Rp 20 ribu/ekor hingga Rp 100 ribu. Kami lebih mengedepankan para hobi memamerkan burung kesayangannya" papar Agus yang dikenal andal merawat burung lomba, terutama jenis Lovebird.

Meski tidak berorientasi bisnis, tapi di arena latber itu sendiri Sering terjadi transaksi jual-beli burung dengan harga menggiurkan. Karena tiap latber selalu dipantau kicaumania dari berbagai penjuru yang siap membeli burung yang berprestasi.

"Meski tidak ada yang mengkondisikan tapi tiap Latber selalu terjadi transaksi di luar lapangan. Harganya sangat bervariasi pada kisaran puluhan juta rupiah per ekor" ungkap Agus yang juga sering menjual burung ternakannya sendiri.

Berangkat dari hobi inilah Agus bisa menghidupi istri berikut ketiga anaknya dari hasil ternakan maupun burungnya yang menang lomba.

"Saya sering menjual burung dari harga belinya sekitar Rp 2 juta tapi kemudian dibeli orang sampai puluhan juta rupiah karena menang lomba" papar Agus yang pernah menjual Murai Batu seharga Rp 25 juta.

poskotanews.com