Senin, 25 Juni 2012

Parkir Liar dan Copet, Tradisi Berulang di PRJ


Meski Jakarta sudah memiliki banyak tempat perbelanjaan, ternyata kehadiran acara Pekan Raya Jakarta (PRJ) atau Jakarta Fair yang hanya digelar setahun sekali masih tetap menjadi primadona.

Berbagai jenis produk kelas atas, menengah hingga bawah dipasarkan selama sebulan di PRJ. Bahkan tidak sedikit produk yang dipasarkan berasal dari luar negeri, mulai dari kendaraan hingga keperluan dapur semua tersedia.

Namun yang membedakan PRJ dengan mal pada umumnya adalah sistem one stop shopping, segala macam produk bisa didapatkan pada satu tempat. Tidak hanya itu, pengelola juga memberikan kenyamanan kepada para pengunjung yang datang bersama keluarga, di antaranya menyediakan tempat rekreasi untuk buah hatinya.

Tahun ini, PRJ ditargetkan bisa mendatangkan pengunjung lebih dari 4 juta orang dan target transaksi mencapai Rp 4,3 triliun. Meski terkesan berhasil, nyatanya sejumlah masalah masih kerab ditemui pengunjung PRJ.

Anehnya, masalah yang ditemukan tak ada bedanya dengan penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya. Pengunjung selalu mengeluhkan, soal parkir liar, copet dan kerusuhan saat akan menyaksikan pentas musik. Seperti pada tahun 2011 silam, lima pencuri berhasil ditangkap polisi setelah beraksi menggasak dompet dan handphone pengunjung.

Trik mereka terbilang kuno, memanfaatkan keramaian dan berpura-pura berdesakan di antara pengunjung. Meski demikian, nyatanya mereka berhasil membuat keresahan pada pengunjung.

Tapi aksi mereka tidak berjalan lama. Setelah mendapat laporan dari pengunjung, polisi yang sedang berjaga-jaga di PRJ langsung melakukan pengejaran dan bisa meringkus para pelaku beserta barang bukti.

Di awal perayaan PRJ 2012 tepatnya Selasa (19/6) juga sempat diwarnai kericuhan pengunjung. Mereka memaksa masuk ke area PRJ untuk menyaksikan konser Iwan Fals dengan gratis alias tanpa mau membeli tiket masuk.

Meski kericuhan berhasil diredam dan tidak menimbulkan korban, insiden itu menambah catatan buruk perayaan PRJ. Belum lagi masalah tahunan setiap perayaan PRJ yaitu persoalan parkiran dan pedagang liar.

Terkadang padatnya pengunjung membuat sebagian orang harus parkir di luar arena. Alhasil, mereka jadi korban keisengan juru parkir dadakan itu.

Parkir juru parkir liar yang berada di luar areal seenaknya saja mematok tarif. Untuk roda dua, biasanya tukang parkir liar memasang harga Rp 10.000 per motor, sedangkan untuk kendaraan roda empat berkisar antara Rp 15 ribu hingga Rp 50 ribu.

Namun tarif itu tidak tetap, tergantung keramaian pengunjung. Bahkan tidak jarang para tukang parkir liar memasang tarif parkir jauh melambung tinggi.

Lain parkir, lain pula ulah para pedagang liar yang juga berada di luar arena PRJ. Biasanya mereka membandrol nasi goreng mencapai Rp 50 ribu per porsi. Meski jauh di bawah harga normal, rasanya belum tentu nyambung di lidah.

Untuk mengantisipasi berbagai persoalan itu, Yayasan Penyelenggara Pameran dan Pekan Raya Jakarta sebagai pengelola mengaku sudah bekerjasama dengan pihak Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat. Untuk tahun ini sendiri, sedikitnya 4.168 personel polisi dikerahkan untuk mengamankan PRJ.

Atas berbagai persoalan ini, Ketua Panitia HUT ke-485 Kota Jakarta, Hasan Basri Saleh yakin dengan dukungan dari polisi, pelaksanaan PRJ tahun ini akan berjalan sukses dan aman.

"Yakinlah PRJ tahun ini berjalan aman, kan sudah mendapat dukungan dari personil kepolisian. Kita akan menindak jika masih ada parkiran liar," klaim Hasan, Minggu, (24/6).

sumber: merdeka.com