Sabtu, 09 April 2011

Elegi di Kompleks Angkasa Pura

 
Kira-kira setengah tahun silam sekitar jam 4 sore, saya berboncengan dengan kakak untuk suatu keperluan. Belum lagi kami keluar kompleks, tiba-tiba tas yang ada dipangkuan saya ditarik orang. Lantaran kejadiannya begitu cepat, atau mungkin terlalu terkesima hingga membuat saya kurang optimal dalam mempertahankan tas itu.

Alhasil beberapa detik selanjutnya, sang penjambret berkendara motor itupun langsung tancap gas dan melaju meninggalkan kami. Ketika saya berteriak, barulah kakak saya sadar kalau kami sedang mengalami penjambretan, iapun mempercepat laju motor mio-nya dengan tujuan mengejar motor jenis ninja warna hijau yang dimaksud.

Hasilnya seperti yang telah terduga, manalah mampu kendaraan yang kami tumpangi menandingi kecepatan motor sport ber CC tinggi itu. Tatkala motor itu hilang dari pandangan, selanjutnya kami memutuskan untuk berhenti sejenak di depan sebuah warung kecil seberang gedung Askrindo.

Sembari memberikan soft drink, kakak saya itupun duduk disebelah saya dan bertanya ini itu. Ia mengaku bahwa peristiwa penjambretan barusan sama sekali tidak dirasakannya, jangankan dirinya, sebenarnya saya sendiripun seolah sulit untuk mengingat secara kronologis lantaran kejadiannya begitu cepat.

Singkat cerita, sebagai langkah lanjutan kamipun memilih untuk tidak melaporkannya kepada pihak berwajib. Bukan kami tidak percaya pada kinerja para penegak hukum di negeri ini, namun hal yang demikian lebih dikarenakan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat privasi.

Namun setelah kami telaah keesokan harinya, baru kami sadari bahwa pada lokasi terjadinya penjambretan itu ternyata bukanlah tempat yang sepi. Sejak pagi hingga sore banyak terdapat pedagang kaki 5 yang notabene tentulah banyak pula pembelinya. Berarti saat itu kami dijambret justru dalam suasana yang relatif ramai.

Selanjutnya, apakan salah kalau lantas kami jadi terfikir jangan-jangan sang penjambret itu memang sudah familiar dengan tempat tersebut. Buktinya pada waktu kejadian, tidak ada satupun orang yang berminat untuk membantu kami dalam mengejarnya. Apalagi setelah kami mengetahui bahwa ternyata kami adalah korban yang kesekian.

Tiga bulan yang lalu kejadian penjambretan kembali terjadi dihadapan saya, Kala itu jam 3 sore dan saya dan beberapa kawan sedang ngobrol-ngobrol di sebuah warung. Kami dikagetkan oleh sebuah teriakan disusul dengan bunyi suara motor jatuh. Bergegas kamipun menghampiri korban kecelakaan dan membantu memapah tubuh korban dan menepikan sepeda motor di pinggir jalan.

Untung saja kedua orang itu hanya menderita lecet, dan motornyapun tidak rusak parah. Kendati demikian, saya jadi miris melihatnya mengingat mereka adalah perempuan, apalagi tatkala mengetahui bahwa mereka itu sesungguhnya adalah korban penjambretan seperti yang pernah saya alami dulu.

Sambil terisak-isak merekapun bercerita kalau tadi mereka kehilangan keseimbangan akibat mempertahankan laptopnya yang direbut oleh sang penjambret. Secara refles langsung saya tebak jenis dan warna motornya yang ternyata dibenarkan oleh kedua wanita itu,

Tenyata hal yang demikian agi-lagi dibenarkan oleh seorang kawan saya selaku Ketua RT di wilayah Kompleks Angkasa Pura, pasalnya, kebetulan saat itu ia sedang memegang HT, oleh karenanya peristiwa kecelakaan itu segera dilaporkan. Dan kawan saya lantas mengatakan bahwa Polisi yang dihubunginya itupun ternyata dapat menebak kendaraan yang dipergunakan sang penjambret.

Akhir kata, saya ingin menyampaikan sepatah-dua patah kata kepada sang penjambret yang mungkin hingga kini masih berkeliaran di wilayah kompleks Angkasa Pura. Siapakah dirimu sebenarnya hingga membuat aparat penegak hukum seolah tiada memiliki daya menangkapmu kendati jati dirimu sudah terungkap nyata? [ Ninu DM ]

Penulis dan Tokoh Masyarakat Komplek Angkasa Pura

Tidak ada komentar: