Selasa, 01 Februari 2011

Kemayoran.. Oh Kemayoran...


Setiap Juni di Kemayoran ada Pekan Raya Jakarta, dan lokasinya melintasi Jalan Benyamin Suaeb yang tiada lain adalah sosok artis ternama asal Jiung, Kemayoran era 60-an.

Jalan tersebut lebar dan panjangnya terbentang dari ujung utara di daerah Ancol hingga selatan di Kemayoran. Dan tahukan anda jika itu sebelumnya adalah landasan pesawat terbang?

Bandar Udara Kemayoran

Bandar Udara Kemayoran adalah bandar udara internasional pertama di Indonesia. Bandar udara ini mulai dibangun pada tahun 1934 dan mulai beroperasi pada tanggal 16 Juli 1940. Bandar udara ini memiliki dua buah landasan yang menyilang yaitu landasan pacu utara-selatan dan landasan pacu barat-timur. Landasan pacu utara-selatan memiliki panjang 2,475 kilometer dengan lebar landasan 45 meter, sedangkan landasan pacu barat-timur memiliki panjang 1,850 kilometer dan lebar 30 meter.

Pada awalnya, Bandar udara ini dioperasikan oleh KNILM, sebuah maskapai penerbangan Belanda sampai pada masa pendudukan Jepang. Selama masa agresi militer Belanda, pengoperasian Bandar udara ini diambil oleh NICA. Setelah perang kemerdekaan, pada tahun 1958 operasional Bandara Kemayoran dilaksanakan oleh Djawatan Penerbangan Sipil. Pada tahun 1964, pengelolaan Bandara Kemayoran dipercayakan kepada perusahaan BUMN yang diberi nama Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran yang merupakan cikal bakal Perum Angkasa Pura I dan II.

Karena semakin padatnya penerbangan baik internasional maupun domestic ke Bandar udara ini, pada tahun 1974 jalur penerbangan internasional dipindahkan ke Bandar udara Halim Perdana Kusuma. Setelah itu, Bandar udara Kemayoran ditujukan untuk penerbangan domestic. Tetapi dengan panjang landasan yang hanya 2,475 kilometer dan lebar 45 meter (sebagai perbandingan Bandara Internasional Soekarno-Hatta memiliki panjang 3,66 kilometer), Bandar Udara Kemayoran sudah tidak cukup untuk menampung pesawat-pesawat yang saat itu mulai berukuran besar.

Selain itu, Bandar Udara Kemayoran juga dianggap terlalu dekat dengan pangkalan udara militer (Bandar Udara Halim Perdana Kusuma) sehingga di khawatirkan akan mengganggu lalu lintas udara yang padat di langit Jakarta. Sejak 31 Maret 1985, Bandar udara ini resmi berhenti beroperasi. Tugasnya sebagai Bandar udara yang melayani penerbangan domestik diambil alih oleh Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Sedangkan Bandar Udara Halim Perdana Kusuma dijadikan basis militer dan tugasnya untuk melayani penerbangan internasional juga diserahkan ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.

Bandar Udara Kemayoran Saat Ini

Banyak perubahan yang terjadi pada Bandar Udara Kemayoran saat ini. Perubahan yang paling mencolok adalah menjamurnya apartemen-apartemen. Selain itu juga mulai banyaknya sekolah-sekolah bertaraf internasional yang berdiri di kawasan ini. Kawasan ini memang strategis, karena terletak di pusat kota yang dekat dengan objek-objek vital perekonomian Jakarta.

Melintas di Jalan Benyamin Sueb (Landas Pacu Utara Selatan) saat ini, kita akan melihat sederet apartemen serta bangunan-bangunan menjulang tinggi. Namun tatkala tiba di ujung selatan jalan ini, kita akan menemui jalan sempit yang kerap macet. Bayangkan, Jalan Benyamin Sueb yang dari arah utara mempunyai empat lajur akan menyempit menjadi dua lajur.

Disitulah kita menemukan sebuah persimpangan yang berujung pada sebuah jembatan yang menghubungkan dua buah jalan sempit yang dipisahkan oleh Kali Sentiong. Jalan tersebut dikenal dengan nama Jalan Haji Ung atau dikalangan kondektur dan supir angkutan umum lebih dikenal dengan sebutan Jiung. Jembatan yang menghubungkan kedua jalan tersebut juga disebut Jembatan Jiung.

Jika Anda berjalan ke arah timur dari persimpangan tersebut, Anda akan menemukan pasar malam (tentunya hanya ada pada malam hari) yang memenuhi jalan sempit tersebut hingga ke Bendungan Jago. Pada sore hari menjelang malam daerah ini sangat padat sehingga kerap menimbulkan kemacetan.