"Ini lho, dulunya landasan pacu bandara kemayoran", Itu kata Bapak, saat melewati jalan Benyamin Sueb, Kemayoran. Saya masih umur delapan tahun kala itu. Saya pikir semua bangunan sudah dihancurkan.
Tetapi awal tahun ini saya mendapat kesempatan untuk benar-benar menengok salah satu bangunan yang masih ada. Bekas ruang tunggu VVIP, Bandara Kemayoran. Bekas genangan air masih ada. Seperti tidak ada orang yang pernah membersihkannya.
Padahal ini bangunan bersejarah, terdapat relief indah, hasil karya seniman muda Indonesia kala itu. Saya bayangkan banyak pemimpin negara melihat relief-relief ini, mewakili semua hal tentang Indonesia.
Andaikan, ada yang tergerak untuk merubahnya menjadi tempat yang lebih eksentrik. Nyatanya tempat ini tidak boleh dimasuki sembarang orang apalagi wartawan.
Saya juga agak kesal saat orang yang paling bertanggung jawab (Pengelola kawasan khusus Kemayoran) tidak ingin bicara, tentang konservasi bangunan tua di Kemayoran, dengan alasan… 'Sedang tidak mood'.
Bulan ini, saya masuk lagi, sudah lebih dari empat bulan sejak kedatangan pertama kali. Tebak bagaimana kondisinya?
Semakin tidak terawat, padahal, staff pengelola bilang, kalau mereka rutin mengadakan kegiatan pembersihan. Entah apa yang dibersihkan.
Di samping ruangan VVIP, terdapat terminal, keadaannya lebih parah. Tega sekali menghapus jejak romantisme masa lampau, lalu dibiarkan begitu saja.
Bagi yang suka foto, mungkin ada rasa lain ketika mendapati ruang demi ruang, dan suasana dingin di dalamnya. Pernah ramai, kemudian senyap karena tidak ada yang melirik.
Datangilah, tengoklah. Rawatlah.
Tangga terlihat begitu megah, bayangkan hiruk pikuk orang-orang menuju lantai atas, melihat jejeran pesawat yang parkir. Beberapa bagian pernah dicat ulang, terlihat pada dinding putih yang masih bersih. Ornamen pada beberapa pilar juga masih ada, tolonglah, siapapun jangan menghancurkannya.
Dulu keadaan tempat ini jauh lebih parah, sudah perbaikan, tetapi tidak maksimal. Daripada membangun patung ondel-ondel segede dosa di tengah jalan di kawasan Kemayoran, kenapa tidak menghidupkan kembali tempat ini?
© SILVANO HAJID
silvanohajid.com