Bank yang satu ini berbeda, tidak seperti bank pada umumnya. Ruang kerja teller penuh sampah plastik dan kertas. Di halaman kantornya teronggok banyak kantong plastik berisi sampah basah dari dapur warga. Itulah Bank Sampah milik warga Kelurahan RT 14 RW 06 Kelurahan Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Sesuai dengan namanya, Bank Sampah memang menerima setoran tabungan dari nasabah dalam bentuk sampah. Ada sampah kering seperti plastik dan kertas. Ada juga sampah basah seperti sisa sayuran yang tidak bisa dimasak dan sejenisnya.
‘’Sampah organik dari rumah warga kami beli per kilo Rp 500. Kalau sampah anorganik kami terima secara cuma-cuma. Sampah anorganik setelah disortir kemudian dijual ke pabrik. Hasilnya untuk membeli sampah organik dari warga,’’ jelas Slamet Suhardi, ketua Bank Sampah itu.
Mengapa sampah organik dari limbah dapur dihargai Bank Sampah sebagai setoran tabungan? ‘’Karena nilai sampah inilah yang bisa ditarik kembali oleh warga. Bisa berupa uang, bisa berupa pupuk cair dan kompos yang kami hasilkan,’’ jelas Slamet.
Untuk mengolah sampah basah, lanjut Slamet, Bank Sampah perlu punya fasilitas pengolahan, gudang penyimpan, alat tulis untuk administrasi dan membayar karyawan. Biaya-biaya itu diatasi dengan penjualan sampah plastik dan kertas kiriman warga.
Bank Sampah di Kelurahan Kebon Kosong merupakan model pengelolaan sampah ramah lingkungan yang dibentuk dan dikelola secara swadaya oleh warga. ‘’Bank Sampah kami baru berdiri bulan Mei lalu,’’ jelas Isti Suhardi, istri Slamet.
Yang menarik, ide pendirian bank sampah itu gara-gara lingkungan mereka memenangkan lomba kebersihan lingkungan bertajuk ‘’Mandiri Kotaku, Bersih Jakartaku’’, pada bulan Mei 2013 lalu. Bermodal hadiah dari ‘’Indo Pos’’ dan Bank Mandiri senilai Rp 7,5 juta itulah, bank sampah tersebut berdiri memanfaatkan lahan fasilitas umum di tengah perumahan Angkasapura. ‘’Awalnya memang cukup sulit. Tapi sekarang kami mulai kewalahan,’’ sambung Slamet.
Kabar bank sampah di Kebon Kosong itu rupanya sampai juga ke telinga Menteri BUMN Dahlan Iskan. Sejak September, Dahlan ingin melihat langsung bagaimana manajemen pengelolaannya. Namun, Dahlan harus bersabar karena Bank Sampah itu belum mulai ‘’panen’’.
Kabar yang dinantikan itu akhirnya tiba, Kami (7/11) lalu. Dahlan menerima informasi kalau Bank Sampah warga Kemayoran sudah ‘’panen raya’’.Sampah basah yang diolah sejak tiga bulan sebelumnya, sudah menghasilkan pupuk cair dengan jumlah yang lumayan. Hari Minggu (10/11), warga akan merayakan panen perdana dengan menggelar lomba bersih lingkungan dan senam pagi bersama.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Dahlan segera menghubungi Indo Pos menyatakan siap hadir ke kemayoran untuk bersenam pagi bersama sekaligus melihat dari dekat bagaimana Bank Sampah itu dikelola secara swadaya. ‘’Kami sempat tidak percaya saat menerima kabar kalau Pak Dahlan akan hadir melihat panen. Eh, ternyata Pak Dahlan benar-benar hadir,’’ kata Diah Silooy, salah satu warga yang pengusaha jaringan MLM Aloevera itu.
Setelah bersenam Goyang Cesar dengan lagu ‘’Bukak Sithik Joss’’ bersama seribuan warga, Dahlan pun mengunjungi bank sampah. Dahlan lebih banyak menggut-manggut mendengarkan penjelasan warga tentang manajemen pengelolaan bank sampah. ‘’Walau tidak sampai dua jam, kami bangga. Beliau menteri pertama dan satu-satunya yang sudah melihat bank sampah kami,’’ lanjut Diah sambil memperlihatkan piagam yang ditandatangani Dahlan.
Piagam itu dibuat dari sampah kertas yang didaur ulang warga. Pada pojok kanan bawah piagam itu, Dahlan menuliskan satu kalimat yang membuat warga berbesar hati. ‘’Di atas kertas daur ulang ini, warga RT 14 RW 06 KEBON KOSONG ini telah mewujudkan hadiah yang sangat monumental untuk masa depan dunia!’’
Pujian itu bukan karena Dahlan ingin menarik hati warga. Pujian itu disampaikan karena Dahlan kagum dengan inisiatif warga yang memanfaatkan uang hadiah lomba kebersihan untuk membangun bank sampah ketimbang untuk makan-makan.
Yang kagum pada Bank Sampah Kemayoran ternyata tidak hanya Dahlan. Seorang warga Jatinegara pun memberi apresiasi yang sama. ‘’Sudah lama kami mencari model bank sampah yang dikelola swadaya. Akhirnya kami menemukan juga di Kemayoran bersama Pak Dahlan Iskan,’’ kata Marta Agung, pegiat LSM kesehatan, saat melihat bank sampah itu.
‘’Bank Sampah warga Kemayoran ini bisa menjadi sekolah untuk semua yang ingin belajar mengelola sampah menjadi berkah. Keluarga karyawan BUMN bagus juga bila mau belajar. Peduli lingkungan bagi warga RT 14 RW 06 Kebon Kosong ini bukan lagi wacana, tetapi sudah kerja, kerja dan kerja,’’ puji Dahlan.
sumber : kompasiana.com