Ternyata tidak semua pedagang kerak telor di Pekan Rakyat Jakarta (PRJ) Monas mematuhi instruksi Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama untuk menjual dagangannya di bawah Rp 9.000. Saat Kompas.com mencoba mengelilingi PRJ Monas, banyak pedagang kerak telor yang tersebar di sana. Ada yang berdagang di dalam stan Pemprov DKI, ada juga yang di luar.
Kadir (53), seorang pedagang kerak telor di lapangan Silang Barat Monas, menjual kerak telor ayam seharga Rp 20.000 dan telor bebek seharga Rp 25.000. Ia mengaku mengambil kesempatan gratis biaya sewa lokasi dagang di sana.
"Yah, kebetulan tempatnya gratis, kapan lagi kan," kata Kadir, kepada wartawan, di Monas, Jakarta, Rabu (11/6/2014).
Tak hanya Kadir, Sudewo (38) juga mempergunakan kesempatan itu untuk meraup keuntungan setinggi-tingginya. Sudewo yang sehari-hari berdagang kerak telor di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, ini lebih memilih berdagang di PRJ Monas daripada di Jakarta Fair Kemayoran. Sebab, untuk berdagang di Jakarta Fair, ia harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 150.000 per harinya sebagai sewa lokasi. Sudewo menjual kerak telor ayam seharga Rp 15.000, sementara kerak telor bebek Rp 20.000.
Saat Kompas.com mencoba menyambangi pedagang kerak telor yang berada di dalam stan Pemprov DKI, harganya sudah diseragamkan. Pedagang kerak telor resmi yang telah didata oleh Pemprov DKI adalah mereka yang menempelkan harga di bakul dagangannya.
Hal ini terlihat pada dagangan milik Amiruddin (52). Pada bakul jinjingannya telah tertera harga kerak telor ayam Rp 10.000 dan kerak telor bebek Rp 15.000. "Kita sudah daftar ke DKI untuk berdagang di sini. Alhamdulillah, sehari kemarin sudah laku 15 kerak telor ayam dan bebek," kata Amiruddin yang biasa berdagang di kawasan Warung Buncit itu.
Alisa, salah seorang pengunjung PRJ Monas asal Kemayoran, mengaku menyesal telah membeli kerak telor dari pedagang kaki lima (PKL). Ia membeli kerak telor bebek seharga Rp 25.000. Ia lantas membanding-bandingkan harga kerak telor di PRJ Monas dengan Jakarta Fair Kemayoran.
"Kemarin saya beli kerak telor di PRJ Kemayoran harganya Rp 15.000. Pas beli di pesta rakyatnya Jakarta kok harga kerak telornya mahal sekali. Malah jadi lebih mahal di PRJ Monas dari PRJ Kemayoran," keluh ibu dua anak tersebut.
Ia pun baru mengetahui jika ada pedagang kerak telor resmi dan pedagang kerak telor yang berasal dari PKL. Selanjutnya, Alisa mengimbau kepada Pemprov DKI untuk mengakomodasi semua pedagang, baik PKL maupun yang terdaftar. Dengan demikian, pengunjung tidak terjebak dengan harga yang tinggi.
"Saya kan mana tahu kalau pedagang resmi itu yang berada di dalam stan. Kalau semua pedagang masuk stan dan harganya disesuaikan, pasti pengunjung juga senang," ujar Alisa.
megapolitan.kompas.com