Tahu tidak, bahwa kawasan Kemayoran merupakan kawasan yang sangat 'VVIP', lokasi yang sangat khusus dan 'mahal?'. Maksudnya, kita semua tahu bahwa kawasan Kemayoran dulunya merupakan lapangan udara. Bandara udara untuk lokal Indonesia adalah di Kemayoran dan untuk luar negeri adalah di Halim Perdanakusuma.
Aku juga ingat, sekitar tahun 1977 atau 1978-an atau lebih, Bandara Kemayoran kedatangan pesawat Concorde yang pada waktu itu merupakan pesawat tercepat dan terbaru di dunia, dari Perancis dan papaku mengajak kami anak2nya datang untuk menyaksikan pesawat Concorde mendarat di Bandara Kemayoran.
Konsep lapangan udara atau bandara, merupakan konsep yang tidak main-main. Puluhan pesawat bahkan ratusan pesawat setiap harinya akan mendarat dan terbang dari bandara itu atau ke bandara tersebut. Secara fisik, pelabuhan udara dengan jalan pesawat terbentuk dari berlapis-lapis beton dengan mutu beton jauh melebihi standard kebutuhan proposional antara bahan baku agregat dengan semen dan material-material pengikatnya.
Perhitungannya sangat detail, karena harus bisa menahan puluhan bahkan ratusan pesawat. Walau memang, Bandara Kemayoran dulu hanya merupakan bandara nasional, tetapi tetap saja perhitungan fisiknya merupakan perhitungan detail untuk sebuah pelabuhan udara.
Aku berada di beberapa bandara internasional di banyak kota dunia. Dan ketika aku di Bandara Internasional John F.Kennedy di New York City. Sebuah bandara yang luar biasa! Baik dari besarnya, kemodernannya bahkan jumlah pesawatnya.
Pernah aku 'tinggal' di bandara ini ketika orang tuaku tidak bisa mengantarku ke Los Angeles setelah mereka mengajakku berkeliling Amerika Timur dan mereka harus kembali ke Jakarta segera. Sehingga tinggalah aku di JFK dari pagi sampai pagi lagi untuk menunggu pesawat lokal yang membawaku ke Los Angeles, karena semua pesawat penuh. Itu sekitar tahun 1993.
Untuk membunuh waktu, aku berjalan2 di JFK. Menarik sekali, apalagi ketika aku terpaku di 'layar' kaca untuk melihat ratusan pesawat terbang atau mendarat, setiap beberapa menit! Luar biasa! Pesawat2 itu antri untuk terbang, juga antri untuk mendarat! Terlihat puluhan pesawat di udara untuk antri mendarat. Ada yang berputar dulu tetapi ketika harus segera mendarat, mereka sangat disiplin sampai menit-menitnya!
Bisa dibayangkan, jika landasan pesawat dari sebuah bandara anjlok atau melesek setelah beberapa puluh pesawat mendarat? Atau ketika pesawat-pesawat itu sempat 'tinggal' di bandara tersebut tetapi hanggar atau landasan pesawatnya 'turun' dan melesek? Selain membahayakan jiwa, bandara tersebut tidak akan bisa dipakai untuk pelabuhan udara..
Ketika aku sedang bekerja dalam pembuatan beberapa proyek di Kemayoran, aku sempat melihat dan mengamati sisa-sisa kejayaan sebuah bandara nasional Kemayoran. Landasannya dulu (sekarang nama jalannya) di jalan H. Benyamin Sueb serta jalan Landas Pacu Timur, masih terlihat kemeganan sebagai bekas bandara.
Jalannya besar, dan setelah menjadi jalan kendaran roda empat, toh masih terasa 'kebesaran'. Terbagi 2 jalur dan diantaranya masih bisa untuk beberapa jalur lagi (sekarang bergantian dipasang pot-pot bunga mobile dan bisa juga di ganti dengan yang lain), sesuai dengan sebuah event. Tetapi sekarang, ada jalur hijau ditengah2nya, cukup asri..
Aku beberapa kali berjalan kaki mengamati detail konstruksinya, memang berbeda. Antara Jalan Benyamin Sueb dan jalan Landas Pacu Timur ada sebuah terowongan, cukup sepi pada waktu itu, apalagi sekarang sudah ada jalan layang, jadi pasti bertambah sepi. Terowongan itu bisa untuk mobil dan ada pedestrian cukup besar. Tetapi yang aku lihat isana adalah ketidakpedulian pemda untuk mengelola sebuah bekas bandara udara.
Disana hanya terdapat seperti kios-kios bekas yang tidak terurus, serta kaum tuna-wisma tinggal disana. Cukup 'seram' apalagi waktu itu lampu jalanapun hanya sekedarnya saja. Dan kata warga disekelilimg itu, tempat itu memang tidak aman..
Oya, jalan Benyamin Sueb dilengkapi dengan trotoar serta pedestrian yang besar di kanan kiri jalan, juga ruang terbuka hijau ( RTH ) yang cukup memberi inspirasi bagi daerah-daerah di sekelilingnya. Ya, tidak terlepas kemungkinan bahwa RTH dan pedestrian-pedestrian itu ada karena kawasan Kemayoran ini bekas bandara udara!
Yang aku tahu ketika aku mengerjakan beberapa proyek besar disana, developer-developer itu juga sangat menghormati tatanan perkotaan disana. Konsep membuat RTH besar serta pedestrian-pedestrian cantik dengan streetscape yang menarik, juga merupakan konsep para developer-developer tersebut, sehingga menjadi kesinambungan sesuai konsep penataan kota Jakarta.
Tetapi tidak dengan lahan terbuka untuk jual beli mobil disepanjang sisi sebelah barat jalan Benyamin Sueb. Menurutku, jika pemda belum mau memanfaatkan lahan terbuka itu, seharusnya bukalah untuk ruang terbuka hijau, bukan untuk jual beli mobil! Beberapa yang bisa menjadi nilai positif jika itu dilakukan :
1.Dengan RTH, menambah lokasi puluhan hektar penyerapan Jakarta, paling tidak (jika memang belum dimanfaatkan sesuai dengan konsep Jakarta dalam Tata Kotanya).
2. Dengan RTH, menambah ruang publik bagi warga Kemayoran, karena banyak sekali apartemen2 disana serta rumah2 penduduk yang tidak mempunyai ruang publik. Apartemen mungkin cukup punya, tetapi bagaimana dengan rusun Kemayoran? Bagaimana dengan perumahan-perumahan disekelilingnya? Aku mengamati mereka justru sekarang bermain di tepi jalan Benyamin Sueb, bahkan jika musim layangan mereka bermain layangan di tengah2 antar 2 lajur mobil serta bermain sepak bola disana.. dan dengan adanya RTH sebagai ruang publik, mereka bisa bermain dan bercengkerama disana..
Coba perhatikan, semua 'lantainya' adalah beton, tanpa penyerapan sama sekali. Dan apakah kita bisa yakin bahwa saluran pembuangannya baik? Mendingan area ini untuk RTH saja, membantu Jakarta untuk penyerapan..
3. Kemungkinan besar, Kawasan Kemayoran bisa menjadi kawasan percontohan bagi kawasan2 lain di Jakarta. Dengan menjadi 'bekas bandara udara' seharusnya lah Kemayoran mampu 'berbicara' lebih baik dari kawasan2 lainnya di Jakarta. Apalagi, secara fisik infra-struktur Kawasan Kemayoran sangat ‘tangguh’ dan detail sebagai daerah perkotaan. Infra-struktur yang sangat lengkap (misalnya, masak' bandara kebanjiran? Eh.. ternyata landasan pesawat terbang ini sekarang memang kebanjiran jika hujan..). Dengan konsep detail yang spesifik sebagai bandara.
Banjir bukan hanya karena curah hujan yang kian meninggi dan infrastrukturnya tidak baik serta kurangnya penyerapan, tetapi juga karena air laut yang terus 'masuk' ke jakarta. Jika kabar bahwa air laut sudah sampai ke Monas, sangat dimengerti jika kawasan Kemayoran ini terkena banjir, karena hampir sejajar dalam peta Jakarta.
Jadi, mengapa pemda mensia-siakannya? Sebuah kesia-siaan yang amat sangat jika Kawasan Kemayoran seperti saat ini, bukan hanya tidak bisa 'berbicara' lebih, tetapi pun untuk sebuah kawasan standard, belum memenuhi 'persyaratan' sebagai ruang perkotaan. Selain fasilitas-fasilitas yang tidak sesuai dengan ruang publik perkotaan, Kawasan Kemayoran juga masih belum di munculkan dengan konsep-konsep terbaik bagi Jakarta..
Kawasan Kemayoran sekarang. Memang terlihat ada RTH dan hijau, tetapi aku tahu bahwa RTH ini sudah dimiliki oleh developer-developer untuk membangun bangunan-bangunan besar. Apakah pemda tidak bisa membuatnya tetapi seperti ini? Dengan dansu dan hijau? Dan yang jelas, 'Harus Sebagai Ruang Publik Untuk Warga Jakarta', khususnya Kawasan kemayoran, 'Bukan Sekedar Sebagai Warga Yang Mampu Untuk Menikmatinya'..
Coba perhatikan konsep Master Plan Kota Baru Kemayoran. Sangat terlihat semuanya adalah untuk bangunan-bangunan besar, yang dimiliki developer-developer. Lalu apakah Pemda tidak mempunyai lahan besar untuk sebuah ruang publik? Apakah ini seua dikuasai oleh pengusaha? Karena jika ya, mereka tidak akan peduli tentang 'ruang publik' bagi warga, mereka akan peduli untuk 'pembeli-pembeli properti' mereka!
Catatan :
Aku hanya ingin membahas tentang dunia arsitektur dan konsep-konsep perkotaan. Aku tahu, semuanya mempunyai permasalahan pelik, apalagi jika politik dan uang berpengaruh. Tetapi jika semuanya untuk kepentingan bersama, warga Jakarta, semuanya akan dapat diatasi, sesuai dengan pelayanan masing-masing warga untuk mau berbuat yang terbaik bagi kita semua..
by Christie Damayanti
01 August 2013
jakarta.kompasiana.com
01 August 2013
jakarta.kompasiana.com